Selasa, 20 Agustus 2013

Iseng Project - Rehabilitasi SONY TA-1010

Kebetulan sekali, saya menemukan salah satu ampli lawas dijual di salah satu forum jual beli terbesar di Indonesia. Kebetulan sekali juga, saya memperoleh service manual untuk ampli tersebut. Kebetulan sekali lagi, pada saat saya melakukan penawaran, sang penjual memberikan sesuai penawaran saya. Ampli lawas yang saya maksud adalah sebuah amplifier integrated SONY type TA-1010.

Beginilah tampang ampli lawas tersebut:


Cukup keren bukan? Hehehehehehe .....

Secara suara, ampli ini cukup potensial, walaupun seperti kebanyakan ampli lawas, suara terkesan agak lambat, imaging kurang fokus, dan tidak ada staging/layering.

Berdasarkan service manual, saya sudah mengidentifikasikan ada beberapa parts yang akan diganti dan ada bagian dari amplifier integrated tersebut yang akan dinonaktifkan.

Ini adalah sebagian dari service manual yang saya peroleh, khususnya untuk bagian power amplifier-nya:


Inilah tampang ampli lawas tersebut setelah dibongkar bagian luar dan faceplate-nya:


Singkat kata, saya pun melakukan beberapa perbaikan:
1. menggantikan potensio balance dengan fixed resistor.
2. menggantikan potensio tone control dengan fixed resistor.
3. mengganti beberapa electrolyt capacitor yang sudah terlihat tua dan bocor dengan electrolyt capacitor dan MKP capacitor.


Saya pun mengganti dioda original-nya dengan dioda RURP860 buatan Fairchild Semiconductor:


Saya pun menggunakan Vishay MKP 1837 untuk membypass electrolyt capacitor power supply utama dan electrolyt capacitor output:



Dan menambakan 3 x BlackGate F 680uF/65V diparalel dengan 2 x Bennic XPP 4.7uF/400V:


Hasil secara keseluruhan cukup mengesankan, apalagi setelah melakukan proses break-in selama 20 jam. Imaging menjadi lebih fokus, staging dan layering sudah terbentuk, dan kesan "lambat" pun sudah tidak ada lagi. Dengan modal utama dibawah 500 ribu rupiah, saya sangat senang memperoleh hasil yang seperti ini. Mari kita lihat, apakah saya akan gatal untuk melakukan bypass terhadap perkabelan yang banyak melalui switch? Mari kita lihat saja ..... Hehehehehe .....

Senin, 08 Juli 2013

Joice-Moza Balanced Preamp - Dissymetry Tweak

Seperti yang sebelumnya dibahas, Joice-Moza ini merupakan Balanced Preamp yang bekerja secara simetrik. Kedua channel memiliki input + dan input -, juga memiliki output + dan output -. Karakter bawaan dari rangkaian simetrik inilah yang mengakibatkan suara yang dihasilkan terdengar "kaku" dan "agak melelahkan" untuk didengarkan dalam waktu lama. Konon kabarnya, ini terjadi karena harmonik yang dihasilkan oleh rangkaian ini merupakan harmonik ganjil, yang memang kurang "enak" untuk didengarkan.

Joice-Moza jelas memiliki keunggulan, khususnya dalam hal dinamika, imaging, dan separasi suara. Jika hal-hal ini dapat dipertahankan sambil menambah harmonik genap di dalam hasil suaranya, tentunya hal ini bisa membuat Joice-Moza menjadi balanced preamp yang sangat baik.

Saya diberikan tips sederhana tetapi sangat jitu untuk tweaking Joice-Moza ini agar menghasilkan suara yang lebih "mengalun" dan "tidak melelahkan" untuk didengarkan. Teknik ini disebut dissymetry. Ide sederhana dari teknik ini adalah mengurangi (atau menghilangkan) simetri yang terjadi di dalam rangkaian ini, sehingga menghasilkan suara dengan lebih banyak harmonik genap.

Ada 2 cara yang dapat dilakukan, salah satunya yakni membedakan gain diantara jalur + dengan jalur -. Hal ini dapat dilakukan dengan mengganti R feedback di bagian input (yang nilai awalnya 100K) dengan nilai lain, misalnya 68K. Hal ini juga perlu dibarengi dengan penggantian nilai C yang paralel dengan R feedback tersebut (yang nilai awalnya 5pF), misalnya menjadi 10pF. Inilah hasil dari tweak pertama ini:


Dari tweak pertama ini, suara yang dihasilkan mulai menunjukkan perbaikan. Suara terdengar agak luwes dan mulai nyaman untuk didengarkan dalam waktu lama.

Cara kedua yang diberikan adalah mengurangi arus CCS pada jalur output yang tidak terpakai, yakni mencabut salah satu dari 2 resistor paralel pada kaki source transistor CCS ke ground pada output yang tidak terpakai. Saya memililh untuk mencabut R26.


Dari tweak kedua ini, suara yang dihasilkan semakin luwes dan nyaman untuk didengarkan, tanpa menghilangkan keunggulan bawaan yang dimiliki oleh Joice-Moza.

Hal yang penting untuk diperhatikan: tweak 1 atau tweak 2 hanya boleh dilakukan untuk Joice-Moza dengan menggunakan C-out, karena sesuai karakteristik rangkaian, ketidak-seimbangan dalam rangkaian ini akan mengakibatkan muncul-nya DC Offset pada output. Saya tidak tahu seberapa besar DC Offset yang dihasilkan, tetapi berapapun DC Offset yang keluar akan diperkuat oleh power amplifier dan dapat berakibat fatal bagi speaker Anda. Please, don't try this at home .....

Oya, ini ada sedikit snap-shot dari project SIT yang tengah saya laksanakan .....




Yes, it's time to go Single Ended ..... Hehehehe .....

"DIY" Automotive

Wow, ternyata saya absen posting lama sekali, bahkan lebih lama dibandingkan sebelumnya. Mohon maaf, memang kadangkala ketika kesibukan sudah menjerat, tidak ada lagi waktu tersisa untuk berbagi.

Kali ini saya mulai kembali, dengan topik yang tidak menyangkut DIY Audio, tidak juga menyangkut DIY Automotive, karenanya saya menggunakan tanda "DIY" pada judul posting kali ini. Singkat kata, saya diracuni habis-habisan di dalam salah satu milis otomotif plus beberapa rekan di BBM Group untuk mengoptimalkan performance Innova Diesel saya. Saya pun kemudian berburu beberapa perangkat yang sekiranya mampu mendongkrak performance Innova Diesel saya.

Inilah beberapa perangat hasil buruan saya:


Gambar diatas adalah sekumpulan alat yang sering disebut sebagai "piggyback". Mereka berfungsi untuk memanipulasi signal voltase dari beberapa sensor, mengambil-alih kerja beberapa bagian dari ECU, dan membuat pengaturan baru secara eksternal. Beberapa perangkat yang saya gunakan adalah: Dastek Q+ beserta Throttle Controller-nya dan Dastek Extender (X4) disertai dengan Solenoid Boost Controller merek Denso.

Berdasarkan saran rekan-rekan Senior, sebelum mengoptimalka performance mesin dengan piggyback, saya harus mengoptimalkan sisi pengereman dan kaki-kaki, karenanya sebelum menginstall Dastek dan rekan-rekannya, saya pun melakukan dua hal penting:
1. mengganti brakeline original dengan yang braided buatan RS Safebrake Pro dan mengganti oli rem dengan oli rem BMW DOT-4.
2. mengganti shock-breaker dan per belakang dengan sport suspension buatan Hotbits Performance.


Diatas adalah foto per lowering Mercy W202 Hotbits dan shockbreaker Hotbits. Dengan penggunaan per lowering dan shockbreaker ini, bagian belakang mobil saya turun sekitar 2-3 jari dibandingkan original-nya. Saya pun memperoleh kontrol yang semakin baik karena pengereman dan handling yang lebih presisi.

Setelah sisi pengereman dan kaki-kaki sudah baik, sekaranglah saatnya untuk mengoptimalkan performance mesin. Saya memilih bengkel RS Tuning, di Jl. RC Veteran no. 9, Tanah Kusir, Bintaro. Ini adalah saat perkabelan di sekitar ECU dicangkok dengan piggyback-nya:


Ini adalah pada saat tuning di atas mesin dynamometer Dastek:


Ini adalah finishing touch, sebuah switch digital Dastek ditempelkan dengan manisnya di dalam ruang kemudi:


Bagaimanakah hasil yang diperoleh dari tuning Dastek ini? Biarlah gambar yang berbicara kembali.

Ini adalah Horse-Power Output yang dihasilkan:



Ini adalah Torque yang dihasilkan:



Peningkatan performance yang cukup signifikan, terutama di bagian Torque-nya, sangat terasa menfaatnya dikala harus mekukan akselerasi spontan. Berdasarkan masukkan rekan Senior di milis otomotif, we drive by Torque, not by HorsePower. Dan juga percaya atau tidak percaya, berpengaruh kepada konsumsi BBM yang semakin irit, bahkan untuk pemakaian macet dalam kota. Anda tidak percaya? Buktikan saja sendiri ..... Hehehehehehe .....

Selasa, 19 Februari 2013

Joice-Moza Balanced Preamp - Not Yet Final Stage

Ini merupakan proses integrasi dari LS-B1 dengan Joice-Moza Preamp saya, setelah sebelumnya kedua rangkaian ini beroperasi secara terpisah hanya dihubungkan oleh kabel RCA saja. Singkat kata, saya pun mengisi hari Sabtu saya dengan melakukan sedikit pekerjaan tangan, mengukur-ukur, membor, memasang baut, dan kemudian menyolder-nyoder. Setelah sekitar 3 jam bekerja, inilah hasilnya:



Benar, saya terpaksa menggunakan 2 buah trafo, karena kurangnya perencanaan yang baik. Seharusnya, saya cukup menggunakan 1 trafo saja, jika di dalam trafo tersebut ada 2 x 42-CT-42/500mA dan 2 x 0-18/200mA, tetapi apa yang sudah terjadi, terjadilah, sehingga saya terpaksa menggunakan 2 buah trafo. Semakin berat saja preamp saya ini. Oya, diatas kedua trafo itu sengaja saya tempatkan music snap, untuk meredam intervensi frekuensi tinggi yang terjadi pada saat trafo mengkonversi tegangan.



Untuk konektor dan kabel pun, saya menggunakan yang cukup baik, yakni konektor buatan BMC (kalau tidak salah) dan kabel type litz dari Cardas.





Setelah melakukan proses burn-in selama 6 jam, saya mendengar suaranya cukup mengejutkan, seriously. Mungkin, karena dahulu saya hanya menggunakan jack RCA dan kabel interkonek asal-asalan, pergantian jack RCA dan kabel interkonek kepada yang berkelas cukup baik memang memberikan hasil yang sangat signifikan. Lebih banyak detail yang muncul dan image juga terdengar lebih stabil dan fokus.

Saya jadi berpikir untuk pengembangan tahap selanjutnya dari Joice-Moza saya, yakni dengan menggunakan LOT (Line Output Transformer) yang dibuat custom oleh rekan saya di Surabaya. Apakah penggunaan LOT kelak akan kembali mengejutkan saya dengan improvement suara yang signifikan? Entahlah ..... Kita tunggu saja tanggal mainnya .....

Saatnya pindah ke Single Ended?

Pada awal 2013 yang lalu, saya menyempatkan diri untuk berkunjung ke rumah salah seorang rekan DIY-ers di daerah Alam Sutera. Ceritanya, saya ingin nebeng mencicipi power amplifier yang baru saja dirakit, yakni SET (single ended tube) berbasis 2A3. Singkat kata, saya pun sampai di rumah rekan saya dan saya pun langsung disuguhi oleh musik indah dari sistem Beliau.

Ini adalah sedikit bocoran sistem yang dipergunakan:



Benar sekali, source untuk sistem rekan saya menggunakan PC, dimana PC ini dipilih khusus yang menggunakan passive heatsink dan low-speed harddisk, sehingga tidak menimbulkan suara berisik. Volume control dilakukan oleh software foobar, langsung mem-bypass kernel-nya Windows, sehingga tidak melewati mixer Windows langsung keluar ke USB. Dari output USB PC tersebut, menggunakan koneksi hiface, langsung menuju DAC PCM1794, tanpa penguatan lagi langsung menuju ke power amplifier 2A3-nya. Cukup idealis, bukan?



Nah, ini adalah foto 2A3 rakitan rekan saya tersebut. Rapi ya? Jauh lebih rapi dibandingkan buatan saya sendiri yang agak semrawut. Mungkin, saya memang harus meningkatkan sisi kerapihan saya dalam merakit rangkaian elektronika. Hehehehehe .....

Spesifikasi dari 2A3 tersebut: power trafo Edcor, rectifier 5U4GB, driver 6SN7, coupling caps Jupiter, final 2A3, Output Trafo Electra Print, dan tentu saja kombinasi resistor sesuai selera rekan saya.

Dari 2A3 tersebut, diteruskan ke speaker Fostex 126-EN dengan box jenis apalah itu, saya kurang paham. Hehehehehe .....



Di sebelah Fostex tersebut, adalah speaker Wharfedale yang sudah cukup lama tidak dipergunakan oleh rekan saya.

Suaranya sangat mengesankan, karena suara dari 2A3 tersebut sangat relaxed dan musikal tapi tidak kehilangan detail. Sisi yang menurut saya agak kurang adalah image yang terdengar agak blur dan staging yang tidak cukup lebar. Kami pun mencoba berbagai lagu, termasuk Aiza Seguerra, The Rythmn of Bamboo, dan bahkan mencoba memainkan Enter Sandman dari Metallica. Ternyata, sistem SET pun dapat memainkan musik-musik cepat, walaupun terasa agak kurang pace dan "greget"-nya.

Saya pun berkesempatan untuk mencoba EL34 Push-Pull yang juga dimiliki oleh rekan saya tersebut.



Power amplifier Push-Pull ini suaranya agak mirip dengan F5 saya, tetapi memiliki kehangatan nuansa khas dari tube. Cukup impressive.

Berdasarkan kunjungan tersebut, saya kok jadi ingin segera memiliki SE power amplifier untuk menemani F5 saya yang sudah menemani saya mendengarkan musik sekian lama. Memang, saat ini sedang ada project yang tengah saya jalani, yakni SE SS power amplifier berbasis VFET 2SK82. 2SK82 ini merupakan VFET jaman dahulu dan sekarang keberadaannya sudah hampir punah.

Ini adalah sekilas project yang tengah saya jalani, doakan saya semoga project ini bisa cepat rampung .....