Di weekend lalu, disaat mengantri di teller salah satu Bank, saya bertemu dengan seorang yang berpenampilan biasa-biasa saja. Lalu kami mengobrol, profesi Beliau adalah tukang ojek dan saat ini mau menyetor uang. Tentunya saya penasaran mengapa tukang ojek sampai harus menyetor uang ke teller. Apakah nilai setorannya diatas batas yang dapat diterima oleh mesin setor tunai (karena ada mesin setor tunai di depan Bank tersebut).
Beliau lalu mengatakan bahwa dia menyetorkan uang yang dititipkan oleh kenalannya. Nilainya memang besar-besar, antara 300 juta sampai dengan 500 juta. Ya, saya tidak bercanda, nilainya segitu besarnya. Wauw, menyetorkan uang orang lain senilai hampir 500 juta menurut saya sih merupakan profesi yang langka. Yang pasti sih, kenalan-kenalannya sudah sangat mempercayai Beliau, karena tidak cuman 1 yang menitip seperti itu, tapi lebih dari 5 orang.
Ketika ditanyakan, apakah bukti setorannya diminta oleh kenalannya, Beliau mengatakan tidak. Beliau cukup menelpon ketika sudah menyetor. Kenalannya mungkin tinggal mengecek via Internet Banking untuk memastikan. Beliau bahkan memiliki pembukuan sederhana ala tukang ojek, yang mencatat Si A, tanggal sekian, dan menyetor sekian; lengkap dengan semua bukti setoran-nya. Menurut Beliau, koleksi bukti setorannya sudah ada setumpuk dengan tebal diatas 15 cm. Menurut Beliau, itu diperlukan, karena kadang ada kenalan-nya yang lupa menitipkan uang berapa untuk disetor.
Kejujuran yang luar biasa. Biasanya, orang dengan mudahnya tergoyahkan oleh uang besar di tangan, sehingga melupakan apa yang namanya kejujuran. Tapi Beliau berpendapat lain, saya ingin punya pekerjaan jangka panjang, katanya. Wauw, benar-benar kepribadian yang langka.
Pernah suatu kali, pada saat menyetor, teller sudah menyatakan uangnya sudah cukup. Transaksi setoran sudah dibukukan. Ketika Beliau sampai ke rumah, Beliau baru menyadari bahwa masih ada sisa uang 4 juta. Beliau cepat-cepat kembali ke Bank dan menggedor-gedor Bank yang sudah tutup. Di dalam Bank, sang teller sedang kebingungan mencari selisih uang 4 juta tersebut. Teller tersebut sampai sangat terharu akan kejujuran Beliau. Beliau mengatakan, kalau saya ambil uang 4 juta itu, kasihan si teller, nanti gajinya dipotong untuk menutupi kekurangan uang setoran saya.
Bayangkan, seberapa mudahnya godaan untuk berbuat curang, tapi Beliau sama sekali tidak bergeming. Beliau tetap memilih jalan kejujuran. Benar-benar kepribadian yang langka.
Ketika saya tanya, berapa Bapak biasa dibayar? Beliau mengatakan, saya tidak mematok harga, sedikasih-nya saja sama klien, katanya. Bahkan, Beliau pernah menolak uang pemberian yang Beliau nilai terlalu besar.
Ketika saya mencoba merenungkan, saya menyadari betapa mulianya Beliau. Seorang yang benar-benar luar biasa, mengutamakan kejujuran. Saya benar-benar bisa belajar mengenai kejujuran dari sosok tukang ojek yang sederhana ini. Benar-benar sosok manusia langka yang sulit sekali ditemui pada jaman ini.
Senin, 31 Mei 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar