Jumat, 18 Juni 2010

DIY Audio - The Beginning

Tahu nggak, kenapa awalnya saya bisa tercebur ke dalam bidang yang namanya DIY Audio ini? Awalnya, saya hanya beruaha membuat delay-on untuk power mobil saya yang mengalami "jedug" pada saat on. Setelah mencari-cari rangkaian untuk delay-on, saya beli komponen, dan mulai merangkai. Setelah rangkaian jadi, saya bingung mencobanya, karena sama sekali nggak punya perangkat untuk mencobanya. Adaptor nggak punya, multimeter nggak punya, mau nyoba langsung di mobil rasanya kok terlalu nekad.

Kembali sejenak ke masa lalu, pelajaran pertama untuk solder-menyolder ini dimulai ketika saya di bangku SMP. Di kala itu, saya harus memilih salah satu bidang keterampilan antara elektro, perkayuan, memasak, dan menjahit. Waktu itu, yang paling masuk akal menurut saya ya elektro. Dimulailah perjalanan untuk sedikit belajar mengenai listrik dan seni solder-menyolder.

Waktu itu, saya dibelikan seperangkat toolkit oleh orangtua saya, berisi solder, tang potong, tang buaya, gagang obeng dengan beberapa alternatif mata obeng, dan pinset. Sebagian peralatan tersebut masih saya pakai sampai sekarang, khususnya tang potong dan tang buaya. Untuk solder, saya dibelikan Hakko untuk menggantikan solder bawaan dari toolkit tersebut, dan solder Hakko itu pun masih berfungsi sampai sekarang.

Di kala SMP tersebut, saya sempat membuat beberapa rangkaian, mulai dari adaptor, bel suara burung, intercom, lampu LED berjalan, preamp mic, dan banyak hal lain. Kit yang waktu itu populer adalah Tulus Kit, sampai sekarang masih eksis di Jaya Plaza (Bandung). Kejadian paling berkesan selama mengikuti pelajaran keterampilan di SMP adalah dikala salah seorang teman nekad mencolokkan Multimeter dalam posisi OHM ke listrik PLN. Kontan saja, ada bunyi JELEGHUR dan MCB langsung turun, alias gelap gulita. Multimeter malang itu langsung berasap dan tidak berbentuk. Hehehehehe ....

Saya pun sempat membuat walkie talkie, sampai 2 unit, tapi rupanya gagal total. Sirkuit nyala, tapi nggak bisa konek antar kedua walkie talkie. Ya berhubung saya sama sekali gak ada pengetahuan untuk memperbaiki, jadinya kedua unit walkie talkie itu menjadi bangkai di sudut kamar saya.

Setelah lulus SMP, saya mulai meninggalkan solder dan beralih ke hobby lain. Saya baru mulai pegang solder kembali sekitar tahun 2007, ketika saya mulai belajar bermain Car Audio. Awalnya, saya hanya iseng mengganti beberapa capacitor yang terlihat sudah mulai usang di power jadoel saya (Nakamichi PA-304). Rupanya, pada saat penggantian tersebut, ada ketidakcocokan, sehingga power itu berbunyi "jedug" pada saat dinyalakan. Disitulah masa dimana saya mulai mencari-cari rangkaian di internet, beli komponen lagi, dan merangkai-rangkai komponen.

Di masa yang sama, saya diperkenalkan dengan sebuah milis DIY. Karena merasa tertarik, saya kemudian mempelajari, bertanya sana-sini, dan memutuskan untuk mulai dengan merakit rangkaian yang paling sederhana, Gainclone. Saya memilih LM1875, karena konon kabarnya, chip ini mudah dirangkai dan memiliki suara yang indah. Memang, suaranya indah sekali, bahkan jauh lebih baik daripada suara di Car Audio saya. Setelah itu, bisa ditebak, saya terjun lebih dalam, menyelam makin dalam, makin penasaran, makin banyak diskusi, dan jadilah saya seperti sekarang.

Sampai dengan hari ini, total saya sudah merakit 4 project, yakni:
- Gainclone LM1875 yang saya sebut GC Std KG.
- Preamp berbasis LME49720, yang saya sebut Si Tjoepoe™ KG.
- Integrated Gainclone, berbasis LM1875 + TL072, saat ini dipakai oleh orangtua di Bandung.
- Preamp tube Aikido, rancangan John Broskie, yang saya sebut AikiPhinx.
Saya yakin, masih banyak project-project yang akan hadir dan menyemarakkan hidup saya.

Dalam posting-posting berikutnya, saya akan bahas perjalanan setiap project yang sudah saya rakit, lengkap dengan foto (jika tersedia) dan BOM (build of material)-nya. Semoga bermanfaat bagi pembaca.

1 komentar:

  1. Silakan dicoba juga rancangan-rancangan saya: http://anistardi.wordpress.com

    BalasHapus