Tampilkan postingan dengan label Aikido. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Aikido. Tampilkan semua postingan

Selasa, 03 Agustus 2010

AikiPhinx™ - Final Stage

Perjuangan merakit AikiPhinx™ dimulai dengan PCB yang dahulu saya tinggalkan, hanya bagian heather menggunakan listrik AC dari trafo custom. Untuk B+, sementara hanya menggunakan listrik 12VDC yang bersumber dari Baterai SLA. Heather dan ground dihubungkan dengan kabel dan jepit buaya, kemudian AikiPhinx versi awal pun siap bernyanyi.

Tabung awal yang dipakai masih menggunakan 6H1N dari LJ. Ketika dicoba, salah satu tabung rupanya mengalami masalah (menimbulkan HUM), sehingga harus diganti. Saya kemudian mencoba tabung 6N1P hadiah dari BT Preamp Bintaro, dan ternyata berfungsi normal. Suaranya pun terdengar cukup baik, walaupun hanya menggunakan B+ 12VDC.

Saya juga berkesperimen dengan berbagai tabung yang saya miliki yang ber-heather 6V, seperti 6GM8, 6N1P, 6DJ8, dan 6CG7. Dari hasil coba-coba tersebut, suara yang paling optimal menurut saya adalah 6CG7 di gain-stage dan 6DJ8 di buffer-stage.

Setelah berhasil dengan B+ 12VDC, saya kemudian mulai merakit PSU HV pertama saya. BOM yang saya gunakan adalah:
- Trafo: custom
- Rectifier: 6x4 Toshiba
- Elco: 2 x Rubycon HV
- Caps filter: 4 x BOSCH PIO 2uF/400V

Tap sekunder yang saya gunakan adalah 275-CT-275, sehingga menghasilkan tegangan 390VDC. Tegangan tersebut terlampau tinggi untuk keperluan saya, yang hanya akan menggunakan 200VDC. Saya kemudian memasang beberapa R drop diantara elco, sehingga menghasilkan tegangan akhir sekitar 205VDC.

Saya pun tidak lupa memasang 1/4B+ yang diambil dari elco terakhir dan dihubungkan dengan center-tap dari heather AC saya. Ketika B+ dihubungkan dengan PCB AikiPhinx™, nuansa suara yang berbeda pun terdengar. Begitu indahnya AikiPhinx™ dengan B+ HV, baru pertama kali itu saya mendengarnya. Luar biasa.


Saya kemudian melakukan eksperimen nilai Rk menggunakan beberapa set resistor bermerek Vitrohm yang saya beli di Jaya Plaza, Bandung. Berdasarkan percobaan tersebut, diperolehlah nilai Rk yang paling optimal untuk tabung gain-stage di angka 390R dan untuk tabung buffer-stage di angka 220R.

BOM sesi signal AikiPhinx™ saat itu adalah:
- Tabung gain-stage: 6CG7 GE
- Rk gain-stage: Vitrohm 390R/0.5W
- Tabung buffer-stage: 6DJ8 Sylvania
- Rk buffer-stage: Vitrohm 220R/0.5W
- Rgrid: Metal Film Generik 330R/1W
- Coupling Caps: MBM 0.5uF/250V
- Potensio: ALPS Biru (abal-abal) 50K

Dengan sesi signal seperti itu, kemudian saya mulai mencoba mengoptimalkan sisi PSU-nya AikiPhinx™. Saya mulai dengan menggunakan konfigurasi choke-loaded PSU, yakni output dari rectifier HV langsung dihubungkan dengan choke sebelum ke filter caps. Choke yang digunakan adalah 5H, karena maksimal choke yang diperbolehkan untuk tabung rectifier 6x4 adalah 10H.

Setelah choke 5H, saya menggunakan SuRong 22uF sebagai filter pertama, kemudian choke 13.8H, kemudian Rubycon HV, kemudian choke 14H, kemudian Rubycon HV lagi. Tegangan B+ yang diperoleh adalah 205VDC. Persis seperti yang dibutuhkan.


Saya pun melakukan eksperimen untuk mengganti tabung rectifier dengan 6x4 black plate Sylvania, yang ternyata menghasilkan suara yang jauh lebih baik daripada 6x4 Toshiba.

Sempat terpikir untuk menggunakan PSU full MKP, tapi mengingat harga capacitor MKP bermerek ukuran besar yang lumayan mahal, saya akhirnya menggunakan MKP hanya di filter pertama dan selanjutnya menggunakan Elco HV. MKP yang saya pilih adalah Solen dengan ukuran 2 x 10uF/400VDC. Elco yang saya pilih adalah J&J 50uF/500V.

Dengan konfigurasi PSU seperti itu, ditambah bypass Elco 4.7uF/100V di R bawah B+, saya memperoleh suara yang bagus sekali. Saya pikir, inilah konfigurasi PSU yang optimal untuk AikiPhinx™.

Kemudian, saya kembali mencoba menggunakan tabung rectifier lain, yakni AZ1 MeshPlate Telefunken. Pada saat dicoba, awalnya saya langsung merasakan suara yang luar biasa indah. Ternyata, pengaruh sebuah tabung rectifier memang luar biasa, apalagi AZ1 MeshPlate TFK. Suara yang dihasilkan benar-benar detail, separasi yang bagus sekali, high yang semriwing, vokal yang sweet, dan bass yang bulat. Setelah di-burn selama 8 jam, suaranya jauh lebih baik lagi.


Setelah memperoleh PSU yang optimal, saya pun kembali melakukan modifikasi di sesi signal, dengan menggunakan LightSpeed Attenuator untuk menggantikan fungsi potensio. Terimakasih untuk Rekan DIY-ers von Bandung yang sudah membantu mewujudkan "the ultimate potensio" ini.


Kemudian, setelah mencoba-coba beberapa jenis resistor, akhirnya saya memutuskan untuk menggunakan Shinkoh Tantalum 0.5W di posisi Rk dan Riken RM 0.5W di posisi Rgrid, sementara R shunt out dan 1/4B+ menggunakan Kiwame 2W ditambah Elco Elna Silmic II 10uF/50V serta R di posisi lain menggunakan Takman REX 1W. Coupling Caps pun diganti menggunakan Jensen Copper Foil Paper Tube ukuran 0.47uF/630V.


AikiPhinx™ kemudian didaftarkan mengikuti kontes Blind Test yang sama dengan New AikiMuji, namun tidak menuai keberhasilan yang signifikan pada ajang tersebut. Tidak masalah untuk saya, yang penting, saya sudah memperoleh suara yang saya harapkan, sesuai dengan selera saya, dan sangat matching dengan sistem saya saat ini di rumah.

Another mission completed, rasanya sudah cukup bermain dengan preamp, sekarang saatnya untuk membangun power amplifier yang serius. Tunggu saja tanggal mainnya.

Senin, 02 Agustus 2010

New AikiMuji

Sejujurnya, project ini bermula dari rasa penasaran akibat dari pernyataan Sang Pemilik, bahwa AikiMuji hanya akan dijadikan monumen project. Saya tidak rela, hasil karya DIY Beliau hanya akan disimpan saja, karena suaranya tidak sesuai dengan harapan.

Saat itu, saya memang tengah melakukan tweak sisi PSU di AikiPhinx dan saya sudah menemukan konfigurasi PSU HV yang menurut saya paling optimal. Konfigurasinya sangat sederhana, hanya rectifier - choke - MKP - choke - elco - choke - elco - 1/4B+. Saya percaya, suara AikiMuji dapat diimprove secara signifikan dengan melakukan revisi sisi PSU-nya.

Setelah AikiMuji diboyong ke ruang kerja saya, saya pun mulai melakukan proses improvement di sisi PSU-nya. PSU lama saya bongkar ulang seluruhnya dan dirangkai ulang dengan konfigurasi yang jauh lebih sederhana, yakni: rectifier - MKP - choke - elco - choke - elco - 1/4B+.

BOM PSU AikiMuji:
- Trafo: Custom by Setiawan
- Rectifier: AZ1 MeshPlate Telefunken
- MKP: Solen 1.5uF + 4.7uF
- Elco: 2 x Epcos HV 47uF/450V
- Choke: 2 x LJ Choke 20H
- 1/4B+: MOX 2W 150K + 47K dibypass Elco Elna Cerafine 4.7uF/100V

Setelah melakukan revisi terhadap PSU, suara AikiMuji memang berubah total. Sebelumnya seperti ada suara yang "tertahan", sekarang semuanya lepas. Setelah melakukan burn-in selama 8 jam, suaranya malah lebih enak lagi. Bass semakin bulat dan berbobot, mid yang transparan dan jelas, high yang sangat detail dan airy.

Sayang sekali, dengan konfigurasi PSU seperti ini, AikiMuji kadang mengalami ringing. Setelah saya cari tahu, penyebabnya adalah frekuensi 50Hz yang ringing akibat penggunaan full wave rectifier + choke. Oleh salah satu rekan DIY-ers diberikan rujukan berdasarkan pengalaman Yeo dari DIY-Paradise. Caranya sangat sederhana, yakni menggunakan capacitor dengan nilai tertentu untuk membypass choke.

Karena saya tidak tahu persis berapa ukuran choke-nya maka saya hanya mengandalkan tulisan yang tercantum saja. Berdasarkan perhitungan, keluarlah angka capacitor senilai 0.09uF yang akhirnya saya pakaikan Mylar 0.1uF. Setelah capacitor tersebut dibypass, ringing sangat berkurang, alias kadang-kadang masih muncul, namun tidak mengganggu.

Kemudian, Sang Pemilik AikiMuji meminta saya sekaligus merevisi sisi signal-nya. Dengan konfigurasi nilai dan jenis resistor yang telah ditentukan, saya pun menggarap kembali sisi signal AikiMuji.

BOM signal AikiMuji (untuk satu channel):
- Tube gainstage: 2 x 6072
- Rk: 4 x Beyschlaag 1K2
- Tube bufferstage: 2 x 6CG7
- Rk: 4 x Beyschlaag 1K
- Coupling Caps: 2 x AmpOhm PIO 1uF/630V
- R grid: 3 x Riken RM 330R
- C penyuntik: ElectroCube 2uF/200V
- R divider: Metal Film Generik 82K + 100K

Pada saat pertama kali menyala, sudah terdengar tanda-tanda preamp bersuara bagus, walaupun masih kaku. Setelah di-burn-in 8 jam lagi, suaranya jadi benar-benar bagus. Staging lebih mundur plus panggung yang lebih lebar daripada speaker. Bobot suara pun semakin bagus, tanpa kehilangan detail sama sekali. Luar biasa.

Sebagai sentuhan akhir, saya menambahkan 2 x MBM 0.5uF/250V sebagai bypass heather AC, hasil yang dirasakan adalah menambah tight bass-nya.





AikiMuji kemudian dibawa ke tempat salah satu rekan DIY-er von Bandung untuk diujicoba di sistem Beliau. Sistem yang digunakan adalah:
- CDP: CEC Belt Drive
- Preamp: AikiMuji
- Power: Tripath TA2024 simple modified
- Speaker: Tannoy Turnberry

Suaranya ternyata luar biasa. Gabungan antara perangkat yang baik ditambah AikiMuji dan Tripath menghasilkan suara yang benar-benar maut. Kami bersama-sama menikmati sistem tersebut dengan berbagai lagu sampai lewat jam 12 malam.

AikiMuji pun didaftarkan untuk mengikuti BT Preamp di Bintaro pada tanggal 31 Juli yang lalu dengan nama New AikiMuji. Pada babak penyisihan, New AikiMuji menduduki peringkat 3 dari 6 peserta, sehingga tidak lolos ke babak final.

New AikiMuji pun dikembalikan kepada Pemiliknya. Dari komentar Sang Pemilik via email, Beliau merasa cocok dengan suara New AikiMuji, dengan CDP Denon dan power hybrid Quasy-ER untuk men-drive Fostex 206E milik Beliau.

Mission completed.

Kamis, 22 Juli 2010

AikiPhinx™ - The Beginning

Project ini bermula ketika ada salah seorang rekan DIY-ers von Bandung yang menawarkan group-buy pembuatan PCB Aikido. Tanpa pikir panjang, saya pun memesan 2 set. Ketika PCB-nya datang, saya langsung menghubungi LJ untuk memperoleh komponen untuk mengisinya. Sesuai saran Team LJ, saya pun menggunakan tabung 6H1N.

Waktu mulai project ini, saya sama sekali tidak memiliki pengalaman mengenai tabung. Pertama kalinya saya memegang tabung adalah ketika saya memperoleh kiriman 4 buah tabung 6H1N beserta komponen-komponen lain dari LJ.

Saya memulai dengan aikido low voltage, karena saat itu saya belum memiliki keberanian dan pengalaman untuk mencoba catu daya diatas 50V. Alasan kedua adalah, menurut beberapa Rekan DIY-ers Senior, tabung 6H1N ini bisa bernyanyi dengan baik dengan menggunakan low voltage B+.

Untuk PSU, saya menggunakan dioda 1N4937 full wave dengan trafo sekunder 2 x 18VAC (diseri) dan 4 buah elco 1000uF/63V, menghasilkan B+ sekitar 46VDC. Untuk bagian signal, saya menggunakan komponen 100% Resistor MF Generik dan MBM sebagai coupling caps-nya. Untuk heather, saya menggunakan baterai SLA Panasonic 12V/7.2A.


Tibalah waktunya untuk menyalakan rangkaian Aikido pertama saya. Saya menghubungkan Aikido tersebut dengan potensiometer ALPS Hijau 50K dengan source dari NAD C-520, power amp menggunakan Gainclone LM1875 (waktu itu belum jadi GC Std KG), dan speaker fullrange DIY ex mobil saya.


Ketika dinyalakan, saya kembali disuguhi oleh suara HUM yang cukup besar, padahal saat itu, Gainclone LM1875 saya sudah tidak HUM. Lucunya, ketika ground dipegang oleh tangan, HUM-nya sangat mengecil. Salah satu rekan DIY-ers sampai berseloroh, "panjangin saja kabel ground-nya dan dipegangin sambil mendengarkan musik". Hehehehe ....

Karena waktu itu saya sama sekali tidak memahami cara mengatasi HUM di rangkaian tabung, maka saya pun menyerah. Project Aikido saya pun terbengkalai sekitar 3 bulan lamanya, tidak disentuh-sentuh sama sekali.

Singkat cerita, setelah BT Bintaro dimana Si Tjoepoe™ KG menjadi juara ke-2, dikalahkan tipis oleh Aikido buatan seorang Rekan DIY-ers Senior, niat untuk membangun Aikido pun kembali berkobar dan semakin menguat.

Saya pun mulai mengumpulkan beberapa amunisi untuk Aikido saya, seperti:
- Trafo custom buatan Setiawan
- Coupling caps
- Tabung-tabung dengan merek asal USA

Selain amunisi, saya pun memperlengkapi diri saya dengan pengetahuan, baik hasil bertanya di milis maupun mempelajari baik-baik mengenai Aikido dari berbagai jurnal yang diterbitkan oleh John Broskie. Semoga semua hal yang saya siapkan dapat menjadi bekal untuk membuat Aikido yang bersuara indah.

Dari proses belajar itulah saya tahu dimana letak kesalahan yang menyebabkan Aikido saya menghasilkan HUM, yakni ada perbedaan potensi voltase antara heather dengan trioda-nya. Jalan keluarnya simple, yakni menghubungkan antara ground dengan heather. Ketika kemudian saya mencoba teknik tersebut (menggunakan konfigurasi dan rangkaian yang sama), HUM-nya langsung lenyap. Andaikan saya dulu belajar terlebih dahulu sebelum memulai project, mungkin Aikido ini tidak akan terbengkalai sekian lama.

Tunggu saja kisah perjuangan saya merakit AikiPhinx™, termasuk memodifikasi Aikido milik salah seorang Rekan DIY-ers, di posting selanjutnya.