Tampilkan postingan dengan label LightSpeed B1. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label LightSpeed B1. Tampilkan semua postingan

Selasa, 19 Februari 2013

Joice-Moza Balanced Preamp - Not Yet Final Stage

Ini merupakan proses integrasi dari LS-B1 dengan Joice-Moza Preamp saya, setelah sebelumnya kedua rangkaian ini beroperasi secara terpisah hanya dihubungkan oleh kabel RCA saja. Singkat kata, saya pun mengisi hari Sabtu saya dengan melakukan sedikit pekerjaan tangan, mengukur-ukur, membor, memasang baut, dan kemudian menyolder-nyoder. Setelah sekitar 3 jam bekerja, inilah hasilnya:



Benar, saya terpaksa menggunakan 2 buah trafo, karena kurangnya perencanaan yang baik. Seharusnya, saya cukup menggunakan 1 trafo saja, jika di dalam trafo tersebut ada 2 x 42-CT-42/500mA dan 2 x 0-18/200mA, tetapi apa yang sudah terjadi, terjadilah, sehingga saya terpaksa menggunakan 2 buah trafo. Semakin berat saja preamp saya ini. Oya, diatas kedua trafo itu sengaja saya tempatkan music snap, untuk meredam intervensi frekuensi tinggi yang terjadi pada saat trafo mengkonversi tegangan.



Untuk konektor dan kabel pun, saya menggunakan yang cukup baik, yakni konektor buatan BMC (kalau tidak salah) dan kabel type litz dari Cardas.





Setelah melakukan proses burn-in selama 6 jam, saya mendengar suaranya cukup mengejutkan, seriously. Mungkin, karena dahulu saya hanya menggunakan jack RCA dan kabel interkonek asal-asalan, pergantian jack RCA dan kabel interkonek kepada yang berkelas cukup baik memang memberikan hasil yang sangat signifikan. Lebih banyak detail yang muncul dan image juga terdengar lebih stabil dan fokus.

Saya jadi berpikir untuk pengembangan tahap selanjutnya dari Joice-Moza saya, yakni dengan menggunakan LOT (Line Output Transformer) yang dibuat custom oleh rekan saya di Surabaya. Apakah penggunaan LOT kelak akan kembali mengejutkan saya dengan improvement suara yang signifikan? Entahlah ..... Kita tunggu saja tanggal mainnya .....

Senin, 15 Oktober 2012

Joice-Moza Balanced Preamp - Final Stage?

Inilah moment yang saya tunggu-tunggu setelah beberapa minggu lamanya berjuang keras untuk merakit Joice-Moza Balanced Preamp ini. Weekend kemarin, saya memutuskan untuk segera mencoba apakah Joice-Moza saya bisa bersuara normal. Singkat kata, saya pun memasang Capacitor Output dan kabel-kabel menuju Jack RCA. Rencananya, saya akan mengambil output dari LightSpeed B1 via kabel RCA, lalu output dari Joice-Moza akan masuk ke F5 Lateral juga via kabel RCA.

Kira-kira, beginilah tampang-nya Joice-Moza saya sewaktu disambungkan:


Dengan deg-deg-plas saya menyalakan CDP CEC TL51-XR, lalu DAC AK4393, lalu LS-B1, lalu Joice-Moza saya. Kemudian, saya pun menyalakan F5 Lateral saya, pheew .... dead silent. Tanda-tanda baik.


Saya pun mulai memutar CD di CDP saya dan keluarlah suara yang saya harapkan. Horeeee ..... Yippie .....


Setelah break-in selama 1 jam, menggunakan Yanni, Live in Acropolis, saya pun mulai mencoba mendengarkan efek dari penggunaan Joice-Moza ini pada sistem saya. Saya menggunakan lagu referensi Enter Sandman dari Metallica untuk melakukan testing terhadap dinamika dan harmonik. Dari tes dengar tersebut, Joice-Moza lulus dengan gilang gemilang. Lagu referensi kedua yang saya gunakan adalah Black Magic Woman dari Patricia Barber untuk menguji transient, staging, dan detail. Dari tes dengar tersebut, lagi-lagi Joice-Moza lulus dengan gilang gemilang.

Inilah foto-foto close up dari Joice-Moza saya, dimulai dari dioda dan elco utama dari power supply (Joice):


Bagian power supply (Joice) awal:


Bagian power supply (Joice) akhir:


Unit signal (Moza)-nya:


Coupling Capacitor Output yang saya gunakan bukanlah capacitor fancy dengan harga yang mencekik leher. Untuk output yang dipakai saya menggunakan Jantzen CrossCap, yang merupakan capacitor standar untuk crossover speaker. Untuk output yang di-ground-kan, saya menggunakan AudioPhiler, capacitor murah meriah von Glodok.

Trafo yang saya gunakan:


Diatas trafo itu sengaja saya tempelkan MusicSnap, untuk menghilangkan pengaruh dari induksi frekuensi tinggi di sekeliling dan medan magnet yang dihasilkan oleh trafo pada saat mengubah listrik PLN menjadi listrik AC.

Saya sangat puas dengan kinerja Joice-Moza saya ini, tetapi banyak sekali bisikan yang saya dengar untuk terus meng-upgrade kinerja Joice-Moza ini dengan beberapa alat tambahan, yakni power choke dan line output transformer. Let's see apakah saya akan cukup puas dengan performance seperti ini atau saya akan maju lagi ke tingkat selanjutnya. Let's see ..... Hehehehehe .....

Jumat, 09 September 2011

Si Tjoepoe™ KG - Final Stage

Project ini merupakan sentuhan akhir untuk project Si Tjoepoe™ KG sebelumnya. Jika sebelumnya, LightSpeed B1 hanya ditransplantasikan secara barbar (hanya ditaruh di atas chassis saja), sekarang LightSpeed B1 sudah menjadi bagian yang terintegrasi dari Si Tjoepoe™ KG.

Bukan hanya itu, ada beberapa improvement penting yang saya lakukan kali ini, yakni:
1. mempergunakan Salas Regulator sebagai psu untuk Si Tjoepoe™ KG.
2. mempergunakan Salas Regulator sebagai psu untuk LED OptoCoupler pada LightSpeed B1.
3. melakukan penyesuaian DC Offset pada LightSpeed B1 menggunakan trimpot Spectrol ukuran 20R, sehingga diperoleh DC Offset 0.00mV.


4. mengganti R-ground Si Tjoepoe™ KG, dari Takman REX 1W menjadi Shinkoh Tantalum 1W.


Sedikit mengenai Salas Regulator, sebenarnya merupakan current regulator 2 tahap yang mengaplikasikan sekaligus 2 jenis regulator, yakni series regulator dan shunt regulator.

Salas Regulator ini banyak dipergunakan sebagai psu untuk rangkaian DAC (Digital to Analog Converter), karena memberikan kestabilan supply arus (dan tentunya voltase), sehingga chip DAC dapat beroperasi dengan optimal. Kelemahan yang saya lihat dari Salas Regulator ini adalah arus yang dihasilkan sangat kecil (biasanya dibawah 100mA), sehingga penggunaannya terbatas pada DAC atau preamp.

Ini adalah foto ketika saya melakukan testing terhadap Salas Regulator yang sudah jadi.


Ini adalah foto ketika saya melakukan fire-up Si Tjoepoe™ KG menggunakan Salas Regulator.


Satu hal penting sebelum melakukan ini adalah: pastikan voltase diset dibawah ambang batas maksimal chip yang kita pergunakan. Setelah tersambung, barulah dilakukan kembali penyesuaian voltase sampai kepada voltase yang kita inginkan.

Ini adalah tampilan keseluruhan ketika Salas Regulator untuk Si Tjoepoe™ KG maupun LED OptoCoupler pada LightSpeed B1 sudah dipasang dan diset voltase-nya.


Pada saat review suara, saya sangat terkesan dengan suara yang dihasilkan. Menurut saya, suara Si Tjoepoe™ KG saat ini sudah sangat bagus, sangat analog dan hangat alias tidak berasa berasal dari IC. Dengan implementasi keempat hal diatas, saya memperoleh tonal yang balance, bobot suara yang cukup, dan image yang sangat nyata dan detail tanpa ada unsur menyerang.

Saya sangat puas dengan hasil dari eksperimen ini. Saya pikir, ini adalah akhir petualangan saya bersama Si Tjoepoe™ KG, karena saya sudah mengoptimalkan semua sektor yang mungkin. Apakah ini akan menjadi garis akhir untuk Si Tjoepoe™ KG? Kita lihat saja nanti .... Hehehehehe ....

Kamis, 13 Januari 2011

Si Tjoepoe™ KG + LightSpeed B1

Sedikit update mengenai project Si Tjoepoe™ KG.

Karena potensio yang saya gunakan adalah potensio abal-abal dengan harga 15rb Rupiah, belakangan ini, potensio tersebut mulai berulah. Kadang-kadang muncul suara kresek-kresek. Kadang-kadang pula, suara antara channel kanan dan channel kiri tidak sama besar. Rupanya, sudah waktunya potensio tersebut diganti dengan yang lebih layak.

Akhirnya, pilihan saya jatuh pada LightSpeed B1, seperti yang saya gunakan pada AikiPhinx.

Sedikit mengenai LightSpeed B1, ini merupakan potensiometer berbasis OptoCoupler (LDR dan LED dalam 1 kemasan). Optocoupler yang digunakan adalah Silonex dengan type NSL32-SR2.


Karena Optocoupler ini memiliki kelemahan dalam hal impedansi yang berubah-ubah, maka di depan dan belakang OptoCoupler diberikan buffer B1 buatan Nelson Pass. Power supply menggunakan Shunt-Regulated Power Supply by Salas.

PCB LightSpeed B1 ini di-desain oleh rekan saya yang baik hati, Pak Atok Purnomo.


Singkat kata, saya pun mentransplantasikan LightSpeed B1 menggantikan potensio abal-abal saya, dan inilah tampilan akhirnya.



Kesan dari penggantian potensio adalah pangling. Suara yang terdengar lebih tegas. Bass lebih padat, bulat, dan berisi. Vokal yang tebal, high yang extended, dan micro harmonic yang sangat kaya.

Luar biasa sekali inovasi dalam penciptaan "the ultimate potensio" ini. Saya sangat puas mendengarkan hasilnya.

Selasa, 03 Agustus 2010

AikiPhinx™ - Final Stage

Perjuangan merakit AikiPhinx™ dimulai dengan PCB yang dahulu saya tinggalkan, hanya bagian heather menggunakan listrik AC dari trafo custom. Untuk B+, sementara hanya menggunakan listrik 12VDC yang bersumber dari Baterai SLA. Heather dan ground dihubungkan dengan kabel dan jepit buaya, kemudian AikiPhinx versi awal pun siap bernyanyi.

Tabung awal yang dipakai masih menggunakan 6H1N dari LJ. Ketika dicoba, salah satu tabung rupanya mengalami masalah (menimbulkan HUM), sehingga harus diganti. Saya kemudian mencoba tabung 6N1P hadiah dari BT Preamp Bintaro, dan ternyata berfungsi normal. Suaranya pun terdengar cukup baik, walaupun hanya menggunakan B+ 12VDC.

Saya juga berkesperimen dengan berbagai tabung yang saya miliki yang ber-heather 6V, seperti 6GM8, 6N1P, 6DJ8, dan 6CG7. Dari hasil coba-coba tersebut, suara yang paling optimal menurut saya adalah 6CG7 di gain-stage dan 6DJ8 di buffer-stage.

Setelah berhasil dengan B+ 12VDC, saya kemudian mulai merakit PSU HV pertama saya. BOM yang saya gunakan adalah:
- Trafo: custom
- Rectifier: 6x4 Toshiba
- Elco: 2 x Rubycon HV
- Caps filter: 4 x BOSCH PIO 2uF/400V

Tap sekunder yang saya gunakan adalah 275-CT-275, sehingga menghasilkan tegangan 390VDC. Tegangan tersebut terlampau tinggi untuk keperluan saya, yang hanya akan menggunakan 200VDC. Saya kemudian memasang beberapa R drop diantara elco, sehingga menghasilkan tegangan akhir sekitar 205VDC.

Saya pun tidak lupa memasang 1/4B+ yang diambil dari elco terakhir dan dihubungkan dengan center-tap dari heather AC saya. Ketika B+ dihubungkan dengan PCB AikiPhinx™, nuansa suara yang berbeda pun terdengar. Begitu indahnya AikiPhinx™ dengan B+ HV, baru pertama kali itu saya mendengarnya. Luar biasa.


Saya kemudian melakukan eksperimen nilai Rk menggunakan beberapa set resistor bermerek Vitrohm yang saya beli di Jaya Plaza, Bandung. Berdasarkan percobaan tersebut, diperolehlah nilai Rk yang paling optimal untuk tabung gain-stage di angka 390R dan untuk tabung buffer-stage di angka 220R.

BOM sesi signal AikiPhinx™ saat itu adalah:
- Tabung gain-stage: 6CG7 GE
- Rk gain-stage: Vitrohm 390R/0.5W
- Tabung buffer-stage: 6DJ8 Sylvania
- Rk buffer-stage: Vitrohm 220R/0.5W
- Rgrid: Metal Film Generik 330R/1W
- Coupling Caps: MBM 0.5uF/250V
- Potensio: ALPS Biru (abal-abal) 50K

Dengan sesi signal seperti itu, kemudian saya mulai mencoba mengoptimalkan sisi PSU-nya AikiPhinx™. Saya mulai dengan menggunakan konfigurasi choke-loaded PSU, yakni output dari rectifier HV langsung dihubungkan dengan choke sebelum ke filter caps. Choke yang digunakan adalah 5H, karena maksimal choke yang diperbolehkan untuk tabung rectifier 6x4 adalah 10H.

Setelah choke 5H, saya menggunakan SuRong 22uF sebagai filter pertama, kemudian choke 13.8H, kemudian Rubycon HV, kemudian choke 14H, kemudian Rubycon HV lagi. Tegangan B+ yang diperoleh adalah 205VDC. Persis seperti yang dibutuhkan.


Saya pun melakukan eksperimen untuk mengganti tabung rectifier dengan 6x4 black plate Sylvania, yang ternyata menghasilkan suara yang jauh lebih baik daripada 6x4 Toshiba.

Sempat terpikir untuk menggunakan PSU full MKP, tapi mengingat harga capacitor MKP bermerek ukuran besar yang lumayan mahal, saya akhirnya menggunakan MKP hanya di filter pertama dan selanjutnya menggunakan Elco HV. MKP yang saya pilih adalah Solen dengan ukuran 2 x 10uF/400VDC. Elco yang saya pilih adalah J&J 50uF/500V.

Dengan konfigurasi PSU seperti itu, ditambah bypass Elco 4.7uF/100V di R bawah B+, saya memperoleh suara yang bagus sekali. Saya pikir, inilah konfigurasi PSU yang optimal untuk AikiPhinx™.

Kemudian, saya kembali mencoba menggunakan tabung rectifier lain, yakni AZ1 MeshPlate Telefunken. Pada saat dicoba, awalnya saya langsung merasakan suara yang luar biasa indah. Ternyata, pengaruh sebuah tabung rectifier memang luar biasa, apalagi AZ1 MeshPlate TFK. Suara yang dihasilkan benar-benar detail, separasi yang bagus sekali, high yang semriwing, vokal yang sweet, dan bass yang bulat. Setelah di-burn selama 8 jam, suaranya jauh lebih baik lagi.


Setelah memperoleh PSU yang optimal, saya pun kembali melakukan modifikasi di sesi signal, dengan menggunakan LightSpeed Attenuator untuk menggantikan fungsi potensio. Terimakasih untuk Rekan DIY-ers von Bandung yang sudah membantu mewujudkan "the ultimate potensio" ini.


Kemudian, setelah mencoba-coba beberapa jenis resistor, akhirnya saya memutuskan untuk menggunakan Shinkoh Tantalum 0.5W di posisi Rk dan Riken RM 0.5W di posisi Rgrid, sementara R shunt out dan 1/4B+ menggunakan Kiwame 2W ditambah Elco Elna Silmic II 10uF/50V serta R di posisi lain menggunakan Takman REX 1W. Coupling Caps pun diganti menggunakan Jensen Copper Foil Paper Tube ukuran 0.47uF/630V.


AikiPhinx™ kemudian didaftarkan mengikuti kontes Blind Test yang sama dengan New AikiMuji, namun tidak menuai keberhasilan yang signifikan pada ajang tersebut. Tidak masalah untuk saya, yang penting, saya sudah memperoleh suara yang saya harapkan, sesuai dengan selera saya, dan sangat matching dengan sistem saya saat ini di rumah.

Another mission completed, rasanya sudah cukup bermain dengan preamp, sekarang saatnya untuk membangun power amplifier yang serius. Tunggu saja tanggal mainnya.