Tampilkan postingan dengan label DAC. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label DAC. Tampilkan semua postingan

Selasa, 19 Februari 2013

Saatnya pindah ke Single Ended?

Pada awal 2013 yang lalu, saya menyempatkan diri untuk berkunjung ke rumah salah seorang rekan DIY-ers di daerah Alam Sutera. Ceritanya, saya ingin nebeng mencicipi power amplifier yang baru saja dirakit, yakni SET (single ended tube) berbasis 2A3. Singkat kata, saya pun sampai di rumah rekan saya dan saya pun langsung disuguhi oleh musik indah dari sistem Beliau.

Ini adalah sedikit bocoran sistem yang dipergunakan:



Benar sekali, source untuk sistem rekan saya menggunakan PC, dimana PC ini dipilih khusus yang menggunakan passive heatsink dan low-speed harddisk, sehingga tidak menimbulkan suara berisik. Volume control dilakukan oleh software foobar, langsung mem-bypass kernel-nya Windows, sehingga tidak melewati mixer Windows langsung keluar ke USB. Dari output USB PC tersebut, menggunakan koneksi hiface, langsung menuju DAC PCM1794, tanpa penguatan lagi langsung menuju ke power amplifier 2A3-nya. Cukup idealis, bukan?



Nah, ini adalah foto 2A3 rakitan rekan saya tersebut. Rapi ya? Jauh lebih rapi dibandingkan buatan saya sendiri yang agak semrawut. Mungkin, saya memang harus meningkatkan sisi kerapihan saya dalam merakit rangkaian elektronika. Hehehehehe .....

Spesifikasi dari 2A3 tersebut: power trafo Edcor, rectifier 5U4GB, driver 6SN7, coupling caps Jupiter, final 2A3, Output Trafo Electra Print, dan tentu saja kombinasi resistor sesuai selera rekan saya.

Dari 2A3 tersebut, diteruskan ke speaker Fostex 126-EN dengan box jenis apalah itu, saya kurang paham. Hehehehehe .....



Di sebelah Fostex tersebut, adalah speaker Wharfedale yang sudah cukup lama tidak dipergunakan oleh rekan saya.

Suaranya sangat mengesankan, karena suara dari 2A3 tersebut sangat relaxed dan musikal tapi tidak kehilangan detail. Sisi yang menurut saya agak kurang adalah image yang terdengar agak blur dan staging yang tidak cukup lebar. Kami pun mencoba berbagai lagu, termasuk Aiza Seguerra, The Rythmn of Bamboo, dan bahkan mencoba memainkan Enter Sandman dari Metallica. Ternyata, sistem SET pun dapat memainkan musik-musik cepat, walaupun terasa agak kurang pace dan "greget"-nya.

Saya pun berkesempatan untuk mencoba EL34 Push-Pull yang juga dimiliki oleh rekan saya tersebut.



Power amplifier Push-Pull ini suaranya agak mirip dengan F5 saya, tetapi memiliki kehangatan nuansa khas dari tube. Cukup impressive.

Berdasarkan kunjungan tersebut, saya kok jadi ingin segera memiliki SE power amplifier untuk menemani F5 saya yang sudah menemani saya mendengarkan musik sekian lama. Memang, saat ini sedang ada project yang tengah saya jalani, yakni SE SS power amplifier berbasis VFET 2SK82. 2SK82 ini merupakan VFET jaman dahulu dan sekarang keberadaannya sudah hampir punah.

Ini adalah sekilas project yang tengah saya jalani, doakan saya semoga project ini bisa cepat rampung .....

Senin, 15 Oktober 2012

Joice-Moza Balanced Preamp - Final Stage?

Inilah moment yang saya tunggu-tunggu setelah beberapa minggu lamanya berjuang keras untuk merakit Joice-Moza Balanced Preamp ini. Weekend kemarin, saya memutuskan untuk segera mencoba apakah Joice-Moza saya bisa bersuara normal. Singkat kata, saya pun memasang Capacitor Output dan kabel-kabel menuju Jack RCA. Rencananya, saya akan mengambil output dari LightSpeed B1 via kabel RCA, lalu output dari Joice-Moza akan masuk ke F5 Lateral juga via kabel RCA.

Kira-kira, beginilah tampang-nya Joice-Moza saya sewaktu disambungkan:


Dengan deg-deg-plas saya menyalakan CDP CEC TL51-XR, lalu DAC AK4393, lalu LS-B1, lalu Joice-Moza saya. Kemudian, saya pun menyalakan F5 Lateral saya, pheew .... dead silent. Tanda-tanda baik.


Saya pun mulai memutar CD di CDP saya dan keluarlah suara yang saya harapkan. Horeeee ..... Yippie .....


Setelah break-in selama 1 jam, menggunakan Yanni, Live in Acropolis, saya pun mulai mencoba mendengarkan efek dari penggunaan Joice-Moza ini pada sistem saya. Saya menggunakan lagu referensi Enter Sandman dari Metallica untuk melakukan testing terhadap dinamika dan harmonik. Dari tes dengar tersebut, Joice-Moza lulus dengan gilang gemilang. Lagu referensi kedua yang saya gunakan adalah Black Magic Woman dari Patricia Barber untuk menguji transient, staging, dan detail. Dari tes dengar tersebut, lagi-lagi Joice-Moza lulus dengan gilang gemilang.

Inilah foto-foto close up dari Joice-Moza saya, dimulai dari dioda dan elco utama dari power supply (Joice):


Bagian power supply (Joice) awal:


Bagian power supply (Joice) akhir:


Unit signal (Moza)-nya:


Coupling Capacitor Output yang saya gunakan bukanlah capacitor fancy dengan harga yang mencekik leher. Untuk output yang dipakai saya menggunakan Jantzen CrossCap, yang merupakan capacitor standar untuk crossover speaker. Untuk output yang di-ground-kan, saya menggunakan AudioPhiler, capacitor murah meriah von Glodok.

Trafo yang saya gunakan:


Diatas trafo itu sengaja saya tempelkan MusicSnap, untuk menghilangkan pengaruh dari induksi frekuensi tinggi di sekeliling dan medan magnet yang dihasilkan oleh trafo pada saat mengubah listrik PLN menjadi listrik AC.

Saya sangat puas dengan kinerja Joice-Moza saya ini, tetapi banyak sekali bisikan yang saya dengar untuk terus meng-upgrade kinerja Joice-Moza ini dengan beberapa alat tambahan, yakni power choke dan line output transformer. Let's see apakah saya akan cukup puas dengan performance seperti ini atau saya akan maju lagi ke tingkat selanjutnya. Let's see ..... Hehehehehe .....

Senin, 19 Maret 2012

Uji Banding DAC WM-8740

Setelah event BT DAC di Bintaro kemarin, saya kembali ketitipan satu buah DAC dari rekan saya. DAC ini berbasis 2 x Wolfson WM-8740, dengan konfigurasi balanced, untuk I/V Converter-nya menggunakan JFET dengan power supply Salas Regulator.

Beginilah tampilan DAC WM-8740 tersebut:





Rupanya, kit WM-8740 yang digunakan adalah kit yang dijual secara umum, seperti di ebay. Tapi jika kita teliti komponen yang menempel di pcb-nya, sudah sangat berbeda dibandingkan komponen bawaan asli kit-nya. Disana ada beberapa Sanyo OsCon, yang terkenal sangat superior untuk Digital Power Supply.

Ini adalah bagian I/V Converter-nya:


Pembandingnya adalah AK-4393 dengan output Opamp OP2604.


Sistem yang saya gunakan:
- Transport: CEC TL-51XR
- Digital Cable: Belden
- RCA DAC to Preamp: Synergistic Research AV Matrix
- Preamp: AikiPhinx™
- RCA Preamp to Power: Indian Warrior + Vermouth
- Power Amp: F5 Lateral ala KG
- Kabel Speaker: Sioux Bi-Wire
- Speaker: ProAc R1SC

Lagu yang saya gunakan adalah Black Magic Woman dari Patricia Barber dan You and Your Friends dari Dire Straits.

Hasil uji banding-nya adalah: WM-8740 dengan output JFET memang memiliki staging, layering, dan imaging yang bagus sekali, sedikit lebih baik dibandingkan AK4393 dengan output OP2604. Micro-harmonics-nya WM-8740 mirip-mirip dengan AK-4393, tetapi yang AK-4393 terdengar sedikit lebih relaks. Mungkin, karena AK-4393 ini sudah saya pakai cukup lama alias sudah break-in.

Satu-satunya kelemahan yang saya rasakan dari WM-8740 ini adalah bass-nya terlalu banyak, sehingga terdengar agak blobor alias berdengung. Tetapi, hal ini pasti bisa diatasi.

Saya pikir DAC WM-8740 ini memiliki bakat yang sangat baik untuk menjadi DAC pilihan. Sedikit lagi di-tweak, akan menghasilkan suara yang bagus sekali. Well done, Bro Andry Gunawan, maju terus dengan karya-karya DIY-nya.

Selasa, 03 Januari 2012

Uji Banding DAC

Setelah dua kali sesi ngalor-ngidul di akhir tahun, mari kita kembali ke DIY Audio. Kebetulan sekali, di akhir tahun lalu saya ketitipan 2 set DAC. Kedua DAC sama-sama berbasis TDA1541, salah satu DAC legendaris yang banyak sekali digandrungi oleh para Audiophile di Indonesia, bahkan di dunia. TDA1541 ini memiliki banyak variant, yang paling dicari dan tentunya sangat mahal adalah TDA1541 S2, dengan 2 crown. Keren ....

Salah satunya adalah DAC berbasis single TDA1541, dengan power supply berbasis Salas Regulator dan output menggunakan single-ended JFET.


Satunya lagi adalah DAC berbasis dual TDA1541, power supply juga berbasis Salas Regulator, tetapi ada 3 pilihan output, yakni: single-ended JFET, opamp LM4562, dan opamp LM4562 + tube mini DHT (saya lupa type-nya).


Terlihat sangat "padat" dan complicated, bukan? Ini merupakan karya salah satu rekan saya, Opa Teguh.

Selanjutnya, saya melakukan uji banding diantara kedua DAC berbasis TDA1541 ini dengan DAC AK4393 yang saya miliki. Tentunya, ini merupakan kesempatan lagka, dimana saya bisa membandingkan DAC dengan teknik OS (over-sampling) atau teknik konversi berbasis delta-sigma dengan DAC dengan teknik NOS (non over-sampling) di sistem saya dan di ruang dengar saya sendiri.

Sistem yang saya gunakan:
- CD Transport: CEC TL51XR
- Kabel Digital: Belden
- Interconnect DAC to Preamp: Synergistic AV Matrix
- Preamp: AikiPhinx™
- Interconnect Preamp to Power Amp: IW with Vermouth Jack
- Power Amp: F5 Lateral ala KG
- Kabel Speaker: Sioux Bi-Wire
- Speaker: ProAc R1SC
- Lagu yang digunakan: Nella Fantasia (Jackie Evancho), Allegro Molto (Nikolai Rimsky-Korsakov), dan Stimella (Hugh Masekela).

Saya paling menyukai suara TDA1541 dengan tube-out, di urutan kedua adalah yang opamp-out. Sementara pada single-ended JFET-out, kelihatan perlu sedikit pembenahan, karena suara seperti masih kurang "lepas" dan beberapa detail masih "menghilang".

Secara overall, TDA1541 memiliki suara mid yang sangat relaxed, berbeda "rasa" dibandingkan suara mid AK4393. Agak sulit untuk diungkapkan, tapi mid-nya terdengar lebih "mengalun lembut". Saya pikir, mungkin ini yang menyebabkan banyak penggemar vokal audiophile yang lebih condong menggunakan TDA1541 dibandingkan DAC delta-sigma.

Pada mid-low dan low, kedua jenis DAC sama-sama perform dengan baik, tetapi gebukan low-nya TDA1541 terasa lebih "soft" dibandingkan gebukan low-nya AK4393. Pada sisi high, TDA1541 terasa sedikit roll-off di high, sehingga detail-detail di high lebih terdengar nyata dengan AK4393.

Ketika saya mencoba mendengarkan sekali putaran lagi, pada lagu Nella Fantasia, vibra suara Jackie Evancho ternyata kurang terdengar nyata di TDA1541, tetapi terdengar jelas di AK4393. Lalu, secara staging dan imaging, AK4393 terdengar masih unggul dibandingkan dengan TDA1541. Ketika saya ngobrol dengan pembuatnya, memang masih ada beberapa pembenahan yang perlu dilakukan di sisi psu dan pemilihan komponen.

Disclaimer: uji banding ini berdasarkan kuping saya (yang tentunya diwarnai oleh selera saya), sistem saya, dan ruang dengar saya. Hasil bisa berbeda di kuping, sistem, dan ruang dengar lain.

Kesimpulan saya dari sesi uji banding ini: DAC OS dan DAC NOS ternyata memiliki plus-minus masing-masing, dan pastinya memiliki group penggemar masing-masing. Saya pribadi, sampai saat ini masih condong ke DAC OS, karena saya lebih menyukai sistem yang mengeluarkan semua detail di dalam stage yang tertata rapi.

Dari uji banding ini, semakin memperkuat motivasi saya untuk segera menggandeng output AK4393 (atau AK4396) ke Broskie's Cathode Follower yang sudah selesai dirakit. Semoga hal ini bisa diwujudkan sebelum tanggal 21 Jan 2012, dimana akan ada sesi uji banding DAC di Bintaro. Wish me luck ....

Jumat, 16 September 2011

DAC AK4393 - With Salas Regulator

Project ini merupakan kelanjutan dari project AK4393 yang lalu. Dalam project kali ini, misi saya adalah mengganti seluruh power supply pada DAC AK4393 ini menggunakan Salas Regulator.

Saya menggunakan trafo custom dari Pak Setiawan, karena saya sudah memiliki pengalaman baik dengan penggunaan trafo custom dari Beliau. Disamping harganya yang menurut saya masuk akal, kualitas buatannya pun baik.

Berikut adalah beberapa foto dari DAC AK4393 dengan menggunakan Salas Regulator tersebut:




Saya sudah melakukan perbandingan sekilas mengenai suara yang dihasilkan oleh DAC AK4393 + Salas Regulator ini dengan output RCA dari CEC TL51XR dan saya temui bahwa suara dari AK4393 + Salas Regulator ini lebih baik dibandingkan output RCA dari CEC TL51XR. Tentu saja saya sangat senang dengan hasil ini, karena saya telah berhasil merakit DAC yang suaranya lebih baik dibandingkan CD Player sekelas ini.

Saya sengaja menggunakan chassis Bell M250 sebagai chassis untuk DAC ini, karena di kemudian hari saya berencana untuk menambah 1 tube buffer stage pada output balanced AK4393 sebagai balance to unbalance converter. Topologi yang saya pilih adalah Broskie Cathode Follower.

Trafo Custom saya pun sudah siap untuk menangani kebutuhan ini, dengan memiliki 2 x 6.3V/1A dan 60V-CT-60V/60mA pada sekunder-nya. Rencananya, saya akan menggunakan 2 x 6DJ8 dengan B+ 150V dan dioda kacang hijau 1A sebagai rectifier-nya.

Pada tanggal 24 September 2011 yang akan datang, DAC AK4393 ini sudah saya daftarkan untuk mengikuti BT DAC di TubeLover. Tidak ada target apapun yang saya kejar, mengingat saya masih sangat niubi dalam dunia DAC ini, hanya ingin turut berpartisipasi saja. Sayang sekali, saya tidak dapat hadir pada tanggal tersebut karena masih ada di luar negri untuk tugas kantor. So sad .... Huhuhuhuhuhuhuhu ....

Jumat, 03 Juni 2011

NAD C520 vs CEC TL51XR

Pada petang hari kemarin, di saat menikmati hari libur saya, saya memutuskan untuk melakukan sesi perbandingan antara NAD C520 saya dengan my new baby CEC TL51XR.

Mungkin, ada yang bertanya-tanya, mengapa membandingkan sesuatu yang sudah jelas beda kelasnya. Saya hanya ingin memuaskan rasa penasaran saya saja. Benarkah investasi yang sudah saya tanamkan di dalam my new baby ini dibandingkan dengan perangkat yang selama ini saya nikmati.

Perangkat yang saya gunakan kemarin adalah:
- Interconnect CDP-preamp: Synergistic Research AV Matrix
- Preamp: #26 Eramas
- Interconnect preamp-power: IW dengan jack Vermouth
- Power amp: F5 Lateral ala KG
- Kabel speaker: Sioux
- Speaker: ProAc R1SC (my other new baby)


Inilah kedua CDP yang saya akan bandingkan:


Sebagai lagu referensi, saya menggunakan Eric Clapton Unplugged track 4, yakni lagu Tears in Heaven. Perangkat referensi yang saya set adalah NAD C520 tanpa DAC eksternal.

Ketika perangkat referensi dibunyikan, waduh, suaranya kok "flat" sekali. Tidak ada bobot, tidak ada emosi, sangat tidak musikal. Depth-nya stage nyaris tidak ada, suara seolah datang-nya flat saja. Nilai saya berikan 70, sebagai nilai referensi.

Tahap selanjutnya adalah merubah perangkat ke CEC TL51XR. Begitu dibunyikan, wah ... ini adalah musik yang saya harapkan. Suara petikan gitar dan vokal Eric Clapton yang berbobot, penuh emosi. Musikalitas dan micro harmonic yang sangat kaya, dan depth stage yang sangat bagus. Dan, suaranya pun sangat-sangat natural. Nilai untuk CEC ini saya berikan 90, almost perfect.

Kemudian, saya kembali kepada NAD C520 dengan menggunakan DAC AK4393. Bobot dan musikalitas dengan menggunakan DAC Eksternal ternyata sangat improve. Depth stage pun membaik, mulai terbaca kedalaman stage dengan posisi masing-masing alat musik di tempatnya. Sayang sekali, suara secara keseluruhan masih cukup jauh dibandingkan dengan CEC TL51 XR. Nilai untuk NAD C520 + AK4393 ini saya berikan 75.

Kemudian, sebagai sesi akhir, saya mencoba output coaxial CEC diumpankan kepada DAC AK4393. Ternyata, suara yang diperoleh tidak seindah dibandingkan output analog CEC. Suaranya cukup musikal dan berbobot, tetapi tidak terdengar natural. Kemungkinan besar, chip DAC yang dipergunakan pun memang beda kelas, yakni AK4393 vs PCM1796. Memang, seperti masukkan dari rekan-rekan yang lalu, saya harus mengganti chip AK4393 menjadi AK4396. Nilai yang saya berikan untuk CEC + AK4393 adalah 80.

Kesimpulan dari sesi uji dengar sore ini adalah: saya telah melakukan investasi yang benar. Dengan kata lain, tuntutan kuping saya memang sudah naik kelas, apa boleh buat. Saya berharap, ini adalah naik kelas yang "terakhir". Apakah benar akan seperti itu? We'll see about that .... Hehehehe ....

Senin, 11 April 2011

Ujicoba DAC AK4393

Setelah project DAC saya yang sebelumnya saya pikir kurang sukses, saya pun mencari alternatif DAC lain untuk meng-improve keluaran dari CDP saya.

Setelah mencari-cari, akhirnya saya menemukan AK4393, salah satu DAC buatan dari Asahi Kasei, Jepang. DAC ini banyak dipergunakan dalam perangkat audio pro, seperti Behringer DEQ2496 dan DCX2496. Menurut referensi beberapa rekan, DAC ini memiliki suara yang cukup baik, karenanya saya ingin mencobanya.

Singkat kata, saya pun memesan 1 kit dari salah satu seller di ebay dan dalam 2 minggu, kit pesanan saya sudah tiba di rumah saya. Ini adalah tampilan kit tersebut.


Dalam kit tersebut, IC AK4393, 74HC00, CS8416, serta 3 pcs regulator sudah disolderkan oleh penjualnya. Tentu saja, ini sangat memudahkan saya, mengingat tingkat kesulitan yang mungkin akan saya alami ketika menyolder IC SMD.


Berhubung komponen yang menyertai kit tersebut agak "mengkhawatirkan", saya pun mempersipakan beberapa komponen pengganti untuk kit DAC tersebut.


Beginilah tampilan kit DAC AK4393 setelah disolder.



Saya juga telah mempersiapkan 2 buah trafo, masing-masing trafo 15-CT-15/2A dan 0-9/2A untuk menyalakan DAC saya ini, dan singkat kata, inilah tampilan DAC saya setelah dinyalakan.



Setelah dibiarkan menyala selama 1 jam, saya dengarkan kembali, suara AK4393 ternyata memang cukup baik. Detail dan micro-harmonic-nya cukup nyata keluar, tetapi suaranya masih agak "tipis". Saya kemudian mengganti IC Opamp-nya dengan OPA2604 BB, salah satu opamp top of the line dari Texas Instruments.


Dengan Opamp OPA2604, suara pun menjadi tebal tanpa kehilangan detail sama sekali. Wah, mengejutkan sekali, IC DAC yang mungkin jarang sekali dipergunakan oleh DIY-ers ternyata dapat bersuara sangat baik. Setelah DAC ini dinyalakan non-stop selama 48 jam, suaranya benar-benar menjadi sangat bagus. Saya sangat puas dengan kit DAC ini, jauh lebih puas dibandingkan DAC-DAC saya sebelumnya.

Improvement selanjutnya untuk DAC kit ini adalah mengganti IC DAC-nya dengan AK4396. Menurut beberapa site, penggantian IC DAC dari AK4393 ke AK4396 memberikan improvement yang signifikan terhadap suara. Sayang sekali, mengingat IC-nya dalam format SMD, saya akan sangat kesulitan dalam hal mencabut-pasang IC tersebut. Terpaksa, untuk sementara ini, saya hanya memuaskan diri dengan AK4393. Terpaksa .... Hehehehe ....

Rabu, 16 Maret 2011

Aaarrrgggghhhh .... Gue ketipu !!!!

Kata pembuka: Ini merupakan pengalaman pribadi, tidak ada maksud untuk menjelek-jelekkan penjual, karena secara pribadi saya anggap masalah ini sudah selesai alias saya anggap uang hilang saja.

Pada saat menikmati musik lebih 2 jam, saya mendengar adanya distorsi, yang berakibat suara terdengar agak rebek. Awalnya saya kuatir, jangan-jangan F5 Lateral ala KG yang bermasalah. Tetapi setelah saya melakukan beberapa pengukuran terhadap F5 Lateral ala KG, dipastikan tidak ada masalah disana.

Saya kemudian mencoba mengambil input preamp langsung dari CDP saya dan suara rebek tersebut langsung lenyap. Ternyata, problem-nya ada pada kit DAC 4 x TDA1543. Body kit yang terbuat dari alumunium terasa hangat, masih dapat dipegang tangan. Akhirnya saya pun melanjutkan mendengarkan musik tanpa DAC eksternal.

Karena penasaran, saya pun membongkar kit DAC tersebut dan saya cukup surprised bahwa isi kit DAC tersebut tidak seperti yang dideskripsikan oleh penjualnya. Berikut adalah tampilan dalam dari kit DAC 4 x TDA1543 tersebut:


Sepintas tidak ada masalah, tetapi jika dilihat dengan close-up, hasilnya adalah seperti ini:



Ya, benar sekali, chip DAC yang digunakan bukan Philips TDA1543 seperti yang disebutkan pada spesifikasi penjual, tetapi entah chip merk apa. Wah, saya merasa sangat kecewa dengan kejadian ini.

Saya sudah mencoba menghubungi penjual, respon-nya cukup cepat, tetapi saya harus mengirimkan balik kit DAC ini ke China untuk memperoleh refund. Daripada saya keluar uang tambahan untuk mengirimkan, lebih baik saya diamkan saja atau nantinya saya gunakan saja chip receiver-nya untuk project DAC TDA1543 Philips ex Thailand yang sudah saya miliki.

Akhirnya, tidak ada lagi yang saya bisa katakan kecuali, "Aaarrrgggghhhh .... Gue ketipu !!!!"

Kamis, 03 Maret 2011

DAC 4 x TDA1543

Project ini merupakan kelanjutan atau tepatnya pengganti dari project DAC Kue Bulan saya. DAC Kue Bulan saya mati total, tidak bersuara, karena kecerobohan saya. Ketika saya ingin mencoba menggunakan Baterai SLA untuk sumber tenaga-nya, saya terbalik menyambungkan kutub + dan -, sehingga DAC Kue Bulan saya pun mati total.

Karena saya tetap membutuhkan DAC, untuk kelanjutan project modifikasi CDP saya, maka saya pun mulai mencari-cari pengganti DAC Kue Bulan tersebut.

Pilihan saya akhirnya jatuh kepada DAC buatan Muse Audio, China, berbasis 4 pcs TDA 1543 yang diparalel. Digital receiver tetap menggunakan DIR9001. Ini adalah tampak kardus luar dari DAC tersebut.


Ketika saya mencoba kit tersebut, saya sempat panik karena kit tersebut tidak menyala saat dihubungkan dengan listrik. Setelah ditelusuri, ternyata adaptor bawaan kit-nya bermasalah. Saya kemudian terpaksa menggunakan adaptor 12V/0.5A seadanya untuk mencoba menyalakan kit tersebut dan syukurlah, kit DAC tersebut menyala.



Ketika dicoba dengan signal suara, dengan menggunakan coax out dari NAD C520 saya, saya tidak memperoleh impresi baik di lagu pertama. Tetapi setelah dicoba lebih dari 30 menit, perbedaan antara menggunakan RCA out CDP dengan menggunakan DAC baru terlihat dengan nyata. Perbedaan paling menonjol adalah dalam hal separasi musik yang jauh lebih baik serta suara vokal dan instrumen yang jauh lebih solid. Rasanya seperti memiliki CDP baru. Hehehehe ....


Setelah memperhatikan detail skema dari kit DAC ini, saya sudah memikirkan beberapa peluang perbaikan, yakni:
1. mengganti caps out dengan Nichicon Muse BP dan R out dengan Rhoederstein.
2. mengganti caps bypass di kaki TDA1543 dengan Sanyo Oscon 10uF/16V
3. menggunakan Baterai SLA sebagai sumber tenaga untuk menggantikan adaptor sementara saya.

Ini adalah tampilan dalam dari DAC 4 x TDA1543 saya. Gambar saya ambil dari web sang penjual, karena saya belum sempat memfoto tampilan dalam dengan detail.


Untuk langkah ekstrim selanjutnya, saya tengah mempertimbangkan untuk memparalel setiap TDA1543, sehingga menjadi 8 x TDA1543. Denger-denger dari rekan-rekan yang sudah bermain DAC dan beberapa forum modifikasi DAC luar negri, performance 8 x TDA1543 cukup menjanjikan.

Untuk langkah ekstrim kedua, saya sudah dibisiki oleh Rekan saya untuk menggunakan PSU buatan Paul Hynes, karena menurut pengalaman Beliau, penggunaan PSU tersebut di kit DAC-nya membawa hasil yang sangat signifikan.

Kelihatannya, kedua langkah ekstrim tersebut adalah jalan yang akan saya tempuh. Tunggu saja tanggal mainnya ....

Senin, 19 Juli 2010

DAC Kue Bulan

Bermula (sekali lagi) dari keisengan dan rasa penasaran ingin memiliki DAC external, saya pun membeli seperangkat DAC dari Rekan DIY-ers Senior, yang juga pemilik dari TubeLover. Dengan harga yang disepakati, dikirimlah seperangkat DAC ke alamat kantor saya.

Ketika dicoba di rumah, menggunakan CD Player NAD C-520 saya, sebelah channel ternyata tidak berfungsi. Saya coba membuka dalaman si DAC, tapi karena sama sekali tidak memahami ilmu mengenai DAC, akhirnya saya menyerah. Saya pun mengontak balik Rekan saya dan DAC pun dikirim balik ke alamat Beliau.

Tepat 2 hari kemudian, DAC kembali muncul kembali di kantor saya. Ternyata, masalahnya sangat simple, yakni sambungan kabel yang lepas, mungkin karena guncangan pada saat pengiriman. Kali ini saya coba dan kedua channel berjalan dengan mulus.

Saya pun mencoba mendengarkan dengan serius perbedaan sistem audio menggunakan DAC external dan tanpa DAC external (menggunakan DAC-nya CD Player). Perangkat yang saat itu saya gunakan adalah:
- CD Player: NAD C-520 (standar)
- Preamp: Si Tjoepoe™ KG
- Power Amp: Tripath TA-2024 (simple modified)
- Speaker: DIY, buatan Rekan DIY-ers Senior von Bandung

Sebenarnya, kebanyakan CD Player komersial (termasuk NAD C-520 saya) sudah dilengkapi dengan DAC internal, walaupun merupakan DAC generik (contoh: TDA1543). Ada beberapa CD Player yang tidak memiliki DAC internal, yakni yang disebut sebagai CD Transport, yang mewajibkan penggunaan DAC external. Banyak diantara para penikmat musik kelas berat yang lebih suka menggunakan CD Transport dibandingkan CD Player. Saya pikir, alasannya mungkin agar sistem mereka menghasilkan suara yang optimal, dengan DAC pilihan.

Pada saat dibandingkan, nyata terdengar bahwa suara sistem dengan DAC external memiliki detail suara yang lebih "kaya" dan suaranya pun terdengar lebih musikal dibandingkan tanpa DAC external. Saya mulai berpikir, ada benarnya jika banyak orang yang sengaja menggunakan DAC external, karena memang menghasilkan suara yang sangat berbeda.

Konfigurasi di dalam DAC extermal tersebut adalah sbb.:
- Trafo: 1A
- Dioda: Bridge 4A
- Elco: Rubycon 2.200uF/35V
- Kit Mini DAC, yang menggunakan DIR9001 dan TDA1543

Saya kemudian memboyong NAD C-520 dan DAC ini ke Bandung, untuk diujicoba di tempat Rekan DIY-er von Bandung. Disana, kami mencoba DAC external saya dengan konfigurasi sbb.:
- CD Player: NAD C-520
- Preamp: Si Tjoepoe™ KG
- Power Amp: LM1875T
- Speaker: Tannoy Turnberry

Pada saat menggunakan DAC external, suara memang terdengar lebih kaya. Detail lebih keluar, staging dan imaging lebih terlihat dengan jelas. Perbedaan suara dengan menggunaan DAC external pun nyata dibandingkan dengan DAC internal. Suaranya pun benar-benar musikal, alias sangat menyenangkan untuk didengarkan. Sayangnya, DAC ini terdengar masih seperti "kurang tenaga", sehingga suaranya "kurang berisi".

Kami pun mencoba 3 jenis kabel untuk koneksi digitalnya, yakni: SR HDAV, Kabel Silver-Teflon, dan Kabel Belden Coax 75 ohm. Ketika dibandingkan, SR HDAV memang tidak mampu perform dengan baik, karena memang bukan kabel dengan spesialisasi pengantar data digital. Diantara kabel Silver Teflon dan Belden Coax 75 ohm memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing. Silver Teflon unggul di dalam detail dan separasi, sementara Belden Coax 75 ohm lebih unggul dalam hal warmth. Memang, you cannot get both side of the coin, kata salah seorang DIY-ers Senior.

Langkah berikutnya, saya pun kemudian mencoba memodifikasi PSU si DAC agar suaranya lebih "berotot". Saya memutuskan untuk sekali lagi mencoba menggunakan regulator, berbasis LM317. Kali ini, saya membaca dahulu dengan teliti ajaran dari Rekan DIY-ers Senior mengenai tips dan trik penggunaan LM317 agar dapat berfungsi dengan optimal. Singkat kata, jadilah DAC modified saya dalam kotak cantik bekas kue bulan, makanya DAC ini saya namakan DAC Kue Bulan.




BOM DAC Kue Bulan:
- Trafo: 10V/1A
- Dioda: 4 x SG45, bypass dengan ERO
- Elco: 4 x Elna 1.000uF/50V
- Regulator section: LM317, K73, Elna Cerafine Black
- Coupling Caps: AmpOhm MKP 2.2uF/400V

DAC Kue Bulan saya kemudian dibawa ke tempat Rekan DIY-ers von Eramas, untuk dibandingkan dengan salah satu type DAC NOS kelas atas milik salah satu Rekan DIY-ers Senior, dan seperti yang sudah saya duga sebelumnya, DAC Kue Bulan saya dilibas habis oleh DAC NOS tersebut. Sayang sekali, saya tidak mengambil foto dari DAC NOS tersebut.

Dalam waktu dekat, saya sudah merencanakan beberapa modifikasi yang saya yakin akan meningkatkan performance si DAC Kue Bulan, yakni:
- mengganti semua elco di psu digital dengan Sanyo Oscon 10uF/16V.
- mengganti konfigurasi PSU dari regulated menjadi non-regulated dan dengan 4 atau 8 buah BlackGate 680uF/65V.
- membuat 4 x stacked TDA1543, untuk menurunkan impedansi, menurunkan distorsi, sekaligus mengoptimalkan suaranya.

Tunggu saja tanggal mainnya. Hehehehe ....