Tampilkan postingan dengan label SE Tube. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label SE Tube. Tampilkan semua postingan

Selasa, 19 Februari 2013

Saatnya pindah ke Single Ended?

Pada awal 2013 yang lalu, saya menyempatkan diri untuk berkunjung ke rumah salah seorang rekan DIY-ers di daerah Alam Sutera. Ceritanya, saya ingin nebeng mencicipi power amplifier yang baru saja dirakit, yakni SET (single ended tube) berbasis 2A3. Singkat kata, saya pun sampai di rumah rekan saya dan saya pun langsung disuguhi oleh musik indah dari sistem Beliau.

Ini adalah sedikit bocoran sistem yang dipergunakan:



Benar sekali, source untuk sistem rekan saya menggunakan PC, dimana PC ini dipilih khusus yang menggunakan passive heatsink dan low-speed harddisk, sehingga tidak menimbulkan suara berisik. Volume control dilakukan oleh software foobar, langsung mem-bypass kernel-nya Windows, sehingga tidak melewati mixer Windows langsung keluar ke USB. Dari output USB PC tersebut, menggunakan koneksi hiface, langsung menuju DAC PCM1794, tanpa penguatan lagi langsung menuju ke power amplifier 2A3-nya. Cukup idealis, bukan?



Nah, ini adalah foto 2A3 rakitan rekan saya tersebut. Rapi ya? Jauh lebih rapi dibandingkan buatan saya sendiri yang agak semrawut. Mungkin, saya memang harus meningkatkan sisi kerapihan saya dalam merakit rangkaian elektronika. Hehehehehe .....

Spesifikasi dari 2A3 tersebut: power trafo Edcor, rectifier 5U4GB, driver 6SN7, coupling caps Jupiter, final 2A3, Output Trafo Electra Print, dan tentu saja kombinasi resistor sesuai selera rekan saya.

Dari 2A3 tersebut, diteruskan ke speaker Fostex 126-EN dengan box jenis apalah itu, saya kurang paham. Hehehehehe .....



Di sebelah Fostex tersebut, adalah speaker Wharfedale yang sudah cukup lama tidak dipergunakan oleh rekan saya.

Suaranya sangat mengesankan, karena suara dari 2A3 tersebut sangat relaxed dan musikal tapi tidak kehilangan detail. Sisi yang menurut saya agak kurang adalah image yang terdengar agak blur dan staging yang tidak cukup lebar. Kami pun mencoba berbagai lagu, termasuk Aiza Seguerra, The Rythmn of Bamboo, dan bahkan mencoba memainkan Enter Sandman dari Metallica. Ternyata, sistem SET pun dapat memainkan musik-musik cepat, walaupun terasa agak kurang pace dan "greget"-nya.

Saya pun berkesempatan untuk mencoba EL34 Push-Pull yang juga dimiliki oleh rekan saya tersebut.



Power amplifier Push-Pull ini suaranya agak mirip dengan F5 saya, tetapi memiliki kehangatan nuansa khas dari tube. Cukup impressive.

Berdasarkan kunjungan tersebut, saya kok jadi ingin segera memiliki SE power amplifier untuk menemani F5 saya yang sudah menemani saya mendengarkan musik sekian lama. Memang, saat ini sedang ada project yang tengah saya jalani, yakni SE SS power amplifier berbasis VFET 2SK82. 2SK82 ini merupakan VFET jaman dahulu dan sekarang keberadaannya sudah hampir punah.

Ini adalah sekilas project yang tengah saya jalani, doakan saya semoga project ini bisa cepat rampung .....

Selasa, 24 Mei 2011

Kumpul-kumpul di Rumah Pak PJ

Sebagai follow up dari acara kumpul-kumpul sebelumnya di rumah saya, pada tanggal 21 Mei 2010 yang lalu, saya berkunjung ke rumah Pak PJ. Selain mengembalikan Aikido LOT Cipinang yang dititipkan kepada saya, saya pun membawa "My New Babies".

My New Baby yang pertama adalah sepasang speaker monitor bookshelf keluaran dari ProAc. Speaker ini akan menggantikan speaker bookshelf DIY buatan rekan saya yang sudah saya pakai sejak menggeluti hobby ini.


My New Baby yang kedua adalah sebuah CD Player yang dibuat oleh CEC. CD Player ini akan menggantikan CDP NAD C520 + DAC AK4393 yang selama ini saya pergunakan.


Sistem Pak PJ secara keseluruhan adalah:
- CDP Shanling T100 yang sudah mengalami modifikasi habis-habisan.
- Preamp 112a, family dari DHT #26 yang menggunakan heater 5V.


- Power Amp 2A3, Single Ended Triode.


- Speaker ProAc R1S, yang sudah mengalami modifikasi sederhana.

Sistem Beliau sudah mature dan settle, dalam pengertian, sudah tidak diotak-atik lagi. Sudah dapat dijadikan referensi untuk mendengarkan audio secara benar.

Singkat kata, kami pun mengganti ProAc R1S Pak PJ dengan ProAc R1SC saya. Perbedaan yang terdengar adalah high dari ProAc R1S Pak PJ terdengar lebih sopan, karena Pak PJ sudah sedikit memodifikasi bagian crossover-nya, disesuaikan dengan selera Beliau. Secara pribadi, saya lebih cocok dengan suara ProAc R1SC saya, yang saya dengar lebih live dan kaya akan micro-harmonic. Menurut Pak PJ, itu adalah pilihan "kecap" saya.

Kami pun mengganti Shanling T100 Pak PJ dengan CEC TL51XR saya. Perbedaan yang terdengar adalah, CEC memang lebih gesit dan presisi dibandingkan dengan Shanling, sementara Shanling terdengar lebih musikal. Memang, topologi kedua CDP ini berbeda. Shanling menggunakan tube di output-nya, sementara CEC menggunakan full solid state. Rupanya, inilah yang membedakan antara CDP tube dan CDP solid state.

Inilah tampilan dari keseluruhan stage yang kami dengarkan.


Kami pun menikmati sistem tersebut dengan berbagai CD referensi, termasuk banyak sekali CD-CD "ajaib" milik Pak PJ. Salah satunya adalah Diana Krall yang masih asli pressing dari USA. Lagu track 11 memang benar-benar menyalurkan emosi dari Diana sehingga kami berdua sempat dibuat merinding olehnya. Luar biasa sekali suaranya.

Kami juga sempat mendengarkan ProAc R1S Clone, buatan China. Secara penampilan, box-nya cukup meyakinkan. Driver pun cukup mirip dengan ProAc R1S yang asli, tetapi dari suara-nya terlihat dengan jelas bahwa ProAc R1S Clone ini performance-nya sangat jauh dibandingkan ProAc R1S yang asli.

Kami pun sempat melakukan acara solder bersama, yakni melakukan rehabilitasi terhadap DHT Preamp milik rekan saya. Dari beberapa tweaking yang kami lakukan, suara keseluruhan dari DHT Preamp tersebut sudah membaik. Tonal mulai balance dan detail sudah keluar sebagaimana mestinya. Sayang sekali, ada masalah sedikit dengan penempatan soket-nya, sehingga menyulitkan proses penggantian Tube-nya. Sudah ada beberapa peluang perbaikan yang kami diskusikan, akan saya coba eksekusi segera.




Suara yang dihasilkan oleh perangkat DHT Preamp dan Single Ended Tube memang luar biasa. Saya sampai terpikir, untuk membangun sistem serupa untuk sistem saya. Apakah ini akan terwujud? Tunggu saja tanggal main-nya. Hehehehehe ....