Kamis, 11 Agustus 2011

#26 Preamp

Akhirnya, sebuah project rehabilitasi pun tuntas sudah, sebuah preamp berbasis tube #26 milik Rekan saya sudah berhasil bersuara dengan indah kembali. Kisah ini dimulai beberapa waktu yang lalu, ketika pertama kalinya saya diperkenalkan dengan suara preamp #26. Saya sangat tertarik dengan suaranya, karena memiliki ciri khas yang belum pernah saya temui pada semua preamp yang pernah saya rakit sebelumnya. Suara yang detail namun mengalun dengan lembut yang sulit dilupakan.

Singkat cerita, preamp tersebut sempat dioprek oleh seseorang, karena rectifier yang sebelumnya menggunakan soket UX-4 hendak diganti menggunakan soket P, karena pemiliknya hendak menggunakan tube AZ1 Mesh Plate sebagai rectifiernya.

Tidak lama setelah itu, preamp tersebut mengalami sedikit trouble ketika tiba-tiba salah satu tube terlihat terang membara. Rupanya, voltase heater salah satu tube naik melebihi tegangan yang seharusnya (1.5V). Untung saja tube-nya tidak langsung rusak. Karena hal itu, preamp itu pun dioprek oleh orang lain lagi.

Setelah dioprek terakhir, Sang Pemilik mengaku tidak suka dengan suara preamp-nya, sehingga preamp tersebut sangat jarang, bahkan tidak pernah lagi dipergunakan oleh Pemiliknya. Sungguh sayang, sebuah preamp yang seharusnya bersuara indah tidak dipergunakan lagi. Saya pun kemudian memberanikan diri dan berinisiatif untuk memperbaiki preap #26 tersebut, walaupun saya belum punya pengalaman mengoprek preamp DHT sebelumnya.

Singkat kata, preamp tersebut pun tiba di rumah saya. Ketika mencobanya di sistem saya, saya kaget luar biasa karena 2 hal. Pertama, terkadang muncul DC offset yang membuat speaker protektor saya aktif. Kedua, suara yang dihasilkan sangat cenderung mengeluarkan suara mid-bass dan bass yang berlebihan. Ketika dibuka, saya langsung menaruh kecurigaan pada output coupling capacitor. Capacitor yang digunakan adalah WestCaps ukuran 4.7uF, sebuah capacitor yang terlihat sudah cukup tua dengan karat yang sudah mulai memenuhi permukaannya.


Saya kemudian menggantinya dengan Obbligato Premium 0.47uF dan mencoba mendengarkan suaranya kembali. Tonal balance mulai membaik, tidak cenderung ke mid-bass dan bass, dan DC offset pun tidak terjadi lagi. Satu masalah ketemu dan sudah ada solusinya. Setelah melakukan eksperimen untuk menentukan nilai coupling capacitor yang tepat, ditemukan bahwa nilai capacitor yang tepat adalah 0.1uF, untuk keperluan tersebut saya menggunakan FT-2 0.1uF/400V.


Improvement selanjutnya yang saya terapkan adalah menghitung ulang titik kerja tube #26 tersebut dan menentukan kembali nilai Resistor Load (R anode) dan Resistor Katode-nya. Setelah menghitung-hitung, saya menemukan nilai R anode 24K dan nilai R katode 2K4. Saya pun menggunakan Riken RM 47K/0.5W yang diparalel untuk R anode dan Riken RM 2K4/0.5W untuk R katode.

Karena saya melihat bahwa tube tidak dapat masuk sepenuhnya kepada soket-nya, saya pun memperbesar lubang pada top-plate chassis-nya dengan menggunakan kikir. Lumayan juga, dibutuhkan sekitar 4 jam untuk melakukannya, tetapi hasilnya cukup signifikan yakni semua tube sudah dapat masuk 100% kepada soket-nya.



Saya kemudian mengganti C1 pada psu-nya menggunakan 2 x ICEL 10uF/450V yang diparalel dengan PIO Nichicon 0.5uF/400V. Kebetulan sekali, ukuran diameter ICEL tersebut sangat pas dengan tinggi chassis yang sangat terbatas.


Improvement selanjutnya yang saya terapkan adalah menggunakan CCS (Constant Current Supply) dari Rod Coleman. Salah seorang Rekan merekomendasikan penggunaan CCS ini, karena CCS ini memberikan kontribusi yang positif terhadap keseluruhan suara preamp #26 ini. Beginilah tampilan dari CCS Rod Coleman beserta power supply sederhana untuk men-supply Raw DC untuk CCS-nya.


Beginilah cara saya melakukan mounting untuk CCS dan psu Raw DC-nya.



Inilah tampilan akhir bagian dalam dari preamp #26 tersebut.


Final improvement yang saya lakukan adalah melakukan penggantian semua soket tube yang dipergunakan, karena soket yang lama terlihat sudah mulai kendor dan bergoyang, sehingga dikuatirkan mengganggu suara secara keseluruhan.

Beginilah tampilan akhir dari preamp #26 tersebut.


Tampilannya cukup gagah bukan? Dengan semua improvement yang saya lakukan, saya kembali memperoleh suara khas tube #26 yang dahulu saya kenal. Bahkan, suara yang sekarang saya dengar lebih baik dibandingkan suara yang saya pernah dengar dahulu. Semoga Sang Pemilik pun cocok dengan suara akhir preamp #26-nya ini.

Apakah proses ini menginspirasi saya untuk segera merakit preamp #26 saya sendiri? Entahlah, belum diputuskan. Hehehehehehe ....

5 komentar:

  1. Niat yang datang dari sebuah ketulusan, kemampuan/pengetahuan yang mantap, ketrampilan dan keuletan menjadikan barang yang tak berguna menjadi bernilai kembali....
    Tanpa sengaja saya berselancar dan menemukan posting ini, saya takjub dengan langkah perbaikan yang dilakukan, suatu sharing pengalaman yang sangat bermanfaat, dapat mendorong dan menularkan semangat bagi diyer tanah air...
    Saya sangat berterima kasih yang sebesar-besarnya atas bantuan, upaya dan kerja kerasnya sehingga preamp #26 tsb dapat bersuara indah sesuai dengan harapan shg menyenangkan hati dan memuaskan dahaga kuping saya, dan para pecinta tabung #26 pada umumnya.
    Saya berharap anda dapat mempersembahkan karya yang jauh lebih bagus dari yang ada selama ini dengan topologi yang unik dan terbaik...
    Congratulation pak Aphinx dan sekali lagi terima kasih...
    Salam sehat dan sukses selalu.... salam brotherhood...

    BalasHapus
  2. Dear Pak Pam, dengan senang hati, Pak .... Semoga Bapak puas dengan hasilnya ....

    BalasHapus
  3. Suaranya memang gawat!! Kebetulan sekarang pre amp nya lg nge kost dulu di rumah xixixi.. Salute buat pak Aphinx!!! *two thumbs*

    BalasHapus
  4. Wah, saya ndak punya kata lain selain selamat menikmati, Mas Arie .... semoga dalam waktu dekat akan terwujud #26 Ultimate ala Cibitung ....

    BalasHapus
  5. om preamp 26 kalo dipake ke power solid state dengung gak ?

    BalasHapus