Senin, 19 Desember 2011

Refleksi Menjelang Akhir Tahun

Tanpa terasa, saya sudah berada nyaris di penghujung tahun 2011. Hari ini, 19 Desember 2011, artinya tahun 2011 hanya tersisa 12 hari lagi. Waktunya bagi saya untuk berhenti sejenak dan melakukan refleksi singkat mengenai apa yang terjadi sepanjang tahun 2011 ini.

Di tahun ini, saya genap berusia 35 tahun. Sesuai dengan visi yang saya declare sekitar 5 tahun yang lalu, saya sudah merealisasikan salah satu visi tersebut, yakni sebelum umur 35 saya sudah menduduki posisi "Director minus one" atau posisi Senior Manager. Ya, posisi tersebut sudah saya peroleh pada bulan April 2011 yang lalu. Salah satu visi completed.

Hal kedua yang sudah saya coba mulai dan lakukan dengan konsisten di tahun 2011 ini adalah berolahraga secara rutin. Sejak kurang lebih 4 bulan yang lalu, saya membiasakan diri untuk berenang setiap hari Sabtu pagi, menemani anak saya yang sedang les berenang. Ternyata, berolahraga secara teratur, walaupun hanya seminggu sekali, memang bermanfaat untuk menjaga kesegaran tubuh saya. Satu lagi visi completed.

Hal ketiga yang sudah diwujudkan adalah memiliki tunggangan baru. Sebuah Innova Diesel Matic, tahun 2011. Sebuah mobil idaman, karena menurut saya mobil ini memberikan gabungan antara fun to drive dan efisiensi bahan bakar. Sampai saat ini, sudah ada beberapa modifikasi ringan yang saya lakukan untuk meningkatkan performance Innova saya, dan sepertinya list tersebut akan terus berlanjut.


Selain ketiga hal yang dapat dikatakan sukses tersebut, ada dua hal yang belum sempat terwujud di tahun 2011, yakni:

1. Merealisasikan power amplifier DHT 2A3SE untuk men-drive ProAc R1SC saya. Hal ini menjadi salah satu hal yang saya inginkan setelah mendengarkan suara dari DHT 2A3SE milik salah seorang rekan saya. Suara yang begitu relaks dan detail dari speaker saya sendiri menjadi motivator utama. Sebagian besar komponen sudah lengkap, tinggal finalisasi sedikit di sisi chassis-nya. Semoga ini bisa segera diwujudkan.

2. Memulai kembali pelayanan di Sekolah Minggu dengan menjadi pengiring. Saya kembali teringat kejadian lama, pasca kecelakaan lalu lintas yang saya alami di tahun 1994. Ketika itu adik saya mengatakan satu kalimat yang saya ingat sampai sekarang, "Tau ngga, kenapa yang kena kecelakaan cuman satu kaki elu? Biar dua tangan elu bisa dipake buat main gitar buat TUHAN." Kata-kata itu sungguh menancap dalam, menjadi motivasi pada saat saya melayani di Bandung, tapi sayang sekali belum saya wujudkan pada saat saya bergereja di Jakarta. Semoga hal tersebut bisa saya mulai di tahun depan.

Semoga kedua hal yang belum terwujud dapat saya wujudkan di tahun yang akan datang. Wish me luck ....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar