Setelah dua kali sesi ngalor-ngidul di akhir tahun, mari kita kembali ke DIY Audio. Kebetulan sekali, di akhir tahun lalu saya ketitipan 2 set DAC. Kedua DAC sama-sama berbasis TDA1541, salah satu DAC legendaris yang banyak sekali digandrungi oleh para Audiophile di Indonesia, bahkan di dunia. TDA1541 ini memiliki banyak variant, yang paling dicari dan tentunya sangat mahal adalah TDA1541 S2, dengan 2 crown. Keren ....
Salah satunya adalah DAC berbasis single TDA1541, dengan power supply berbasis Salas Regulator dan output menggunakan single-ended JFET.
Satunya lagi adalah DAC berbasis dual TDA1541, power supply juga berbasis Salas Regulator, tetapi ada 3 pilihan output, yakni: single-ended JFET, opamp LM4562, dan opamp LM4562 + tube mini DHT (saya lupa type-nya).
Terlihat sangat "padat" dan complicated, bukan? Ini merupakan karya salah satu rekan saya, Opa Teguh.
Selanjutnya, saya melakukan uji banding diantara kedua DAC berbasis TDA1541 ini dengan DAC AK4393 yang saya miliki. Tentunya, ini merupakan kesempatan lagka, dimana saya bisa membandingkan DAC dengan teknik OS (over-sampling) atau teknik konversi berbasis delta-sigma dengan DAC dengan teknik NOS (non over-sampling) di sistem saya dan di ruang dengar saya sendiri.
Sistem yang saya gunakan:
- CD Transport: CEC TL51XR
- Kabel Digital: Belden
- Interconnect DAC to Preamp: Synergistic AV Matrix
- Preamp: AikiPhinx™
- Interconnect Preamp to Power Amp: IW with Vermouth Jack
- Power Amp: F5 Lateral ala KG
- Kabel Speaker: Sioux Bi-Wire
- Speaker: ProAc R1SC
- Lagu yang digunakan: Nella Fantasia (Jackie Evancho), Allegro Molto (Nikolai Rimsky-Korsakov), dan Stimella (Hugh Masekela).
Saya paling menyukai suara TDA1541 dengan tube-out, di urutan kedua adalah yang opamp-out. Sementara pada single-ended JFET-out, kelihatan perlu sedikit pembenahan, karena suara seperti masih kurang "lepas" dan beberapa detail masih "menghilang".
Secara overall, TDA1541 memiliki suara mid yang sangat relaxed, berbeda "rasa" dibandingkan suara mid AK4393. Agak sulit untuk diungkapkan, tapi mid-nya terdengar lebih "mengalun lembut". Saya pikir, mungkin ini yang menyebabkan banyak penggemar vokal audiophile yang lebih condong menggunakan TDA1541 dibandingkan DAC delta-sigma.
Pada mid-low dan low, kedua jenis DAC sama-sama perform dengan baik, tetapi gebukan low-nya TDA1541 terasa lebih "soft" dibandingkan gebukan low-nya AK4393. Pada sisi high, TDA1541 terasa sedikit roll-off di high, sehingga detail-detail di high lebih terdengar nyata dengan AK4393.
Ketika saya mencoba mendengarkan sekali putaran lagi, pada lagu Nella Fantasia, vibra suara Jackie Evancho ternyata kurang terdengar nyata di TDA1541, tetapi terdengar jelas di AK4393. Lalu, secara staging dan imaging, AK4393 terdengar masih unggul dibandingkan dengan TDA1541. Ketika saya ngobrol dengan pembuatnya, memang masih ada beberapa pembenahan yang perlu dilakukan di sisi psu dan pemilihan komponen.
Disclaimer: uji banding ini berdasarkan kuping saya (yang tentunya diwarnai oleh selera saya), sistem saya, dan ruang dengar saya. Hasil bisa berbeda di kuping, sistem, dan ruang dengar lain.
Kesimpulan saya dari sesi uji banding ini: DAC OS dan DAC NOS ternyata memiliki plus-minus masing-masing, dan pastinya memiliki group penggemar masing-masing. Saya pribadi, sampai saat ini masih condong ke DAC OS, karena saya lebih menyukai sistem yang mengeluarkan semua detail di dalam stage yang tertata rapi.
Dari uji banding ini, semakin memperkuat motivasi saya untuk segera menggandeng output AK4393 (atau AK4396) ke Broskie's Cathode Follower yang sudah selesai dirakit. Semoga hal ini bisa diwujudkan sebelum tanggal 21 Jan 2012, dimana akan ada sesi uji banding DAC di Bintaro. Wish me luck ....
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar